Indikator SDM Indonesia masih Jauh Tertinggal
Kamis, 23 Oktober, 2003 oleh: Siswono Indikator SDM Indonesia masih Jauh Tertinggal
Gizi.net - Indonesia selama tiga dekade terakhir mencatat berbagai kemajuan dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) dengan adanya indikasi membaiknya berbagai indikator SDM sejak 1960 hingga 1999. Namun, berbagai indikator SDM Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya.
"Pembangunan SDM nasional selama tiga dekade terakhir terus membaik," kata Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kwik Kian Gie, ketika membuka Tinjauan Paruh Waktu Program Kerja Sama Pemerintah RI dan UNICEF tahun 2001-2004, di Jakarta, kemarin.
Berbagai perbaikan indikator SDM dari 1960 hingga 1999, kata Kwik, antara lain ditunjukkan dengan usia harapan hidup rata-rata meningkat dari 41,0 tahun menjadi 66,2 tahun.
Selain itu, juga angka kematian bayi turun dari 159 menjadi 48 per 1.000 kelahiran hidup, serta angka buta huruf dewasa turun, menurun dari 61% menjadi 12%.
Namun, tambah Kwik, berbagai indikator SDM Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan prestasi negara ASEAN, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Hal ini terlihat antara lain dari rendahnya peringkat indeks pembangunan manusia (IPM) yang mencakup angka harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi murid sekolah, dan pengeluaran per kapita.
"Berdasarkan Human Development Report 2003, peringkat human development index (HDI) Indonesia menempati urutan 112 dari 175 negara," kata Kwik.
Selain itu, jika dipilih menurut jenis kelamin, dengan menggunakan nilai indeks pembangunan gender (IPG), Indonesia menempati urutan ke-91 dari 155 negara.
Kwik menambahkan, Indonesia saat ini dihadapkan pada kondisi melambatnya pencapaian indikator-indikator di bidang pembangunan SDM, antara lain disebabkan oleh kondisi ekonomi dan sosial politik serta ketahanan dan keamanan yang kurang menguntungkan.
"Oleh karena itu, salah satu tantangan besar bagi Indonesia adalah bagaimana untuk kembali mencapai kemajuan pesat yang pernah diraih sebelumnya," katanya.
Sementara itu, Dirjen Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Seman Widjojo mengatakan bahwa rendahnya kualitas sumber daya manusia tersebut akibat pembangunan Indonesia hanya berorientasi pada upaya mengejar pertumbuhan ekonomi.
"Tetapi mengesampingkan perbaikan kualitas manusia, sehingga hal tersebut akan menimbulkan berbagai problema sosial dan kesenjangan," tegas Seman.
Menyikapi persoalan tersebut, Kwik dan Seman mengatakan bahwa perlu adanya upaya pembangunan kualitas SDM Indonesia. Seman mengatakan pemerintah daerah perlu mendorong pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terhadap upaya tersebut, bahkan sejak usia dini di daerah.
"Alokasi APBD yang umumnya terserap untuk operasional birokrasi saat ini, kiranya lebih diarahkan bagi pengeluaran pembangunan, khususnya untuk perbaikan kualitas manusia Indonesia," katanya.
Sementara itu, Direktur Regional UNICEF Mehr Khan mengatakan program kerja sama yang diluncurkan di Indonesia sejak 2001 masalah HIV/AIDS bukanlah prioritas. HIV/AIDS memang mengalami peningkatan di beberapa negara Asia, tetapi di Indonesia dikatakan relatif aman. (Drd/CR-38)
Sumber: http://www.mediaindo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar