Selasa, 22 Februari 2011


Indonesia Tertinggal Oleh Malaysia E-mail
User Rating: / 0
PoorBest 
Written by Redaksi Web   
Tuesday, 08 June 2010 07:35
Oleh: Dimas Bagus Wiranata Kusuma - suaraPembaca

Tepat pada 21 Mei 2010 Indonesia kembali merayakan 'Hari Kebangkitan Nasional' yang tanpa sadar telah memasuki usia 102 tahun. Semangat Kebangkitan nasional ini seharusnya digunakan sebagai refleksi yang tidak hanya sebatas sejarah. Namun, bertransformasi dalam bentuk semangat serta perenungan hakikat di balik kemunculannya yang apakah sudah dipahami serta ditunaikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sejatinya pencetusan hari kebangkitan ini adalah sebagai pendobrak tembok keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan kehinaan menuju gerbang kemakmuran dan kejayaan negara. Disadari atau tidak Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan memiliki potensi menjadi negara super power serta adidaya dengan berkaca pada segenap potensi dan kekayaan yang dimiliki.

Mungkin para pendahulu kita menginisiasi ide mengenai 'Hari Kebangkitan Nasional' ini sekaligus sebagai pengingat bahwa Indonesia adalah bangsa yang bilamana ia bangkit maka tak ada kuasa yang dapat menghentikannya dan berpeluang menjadi pemain politik ekonomi dunia yang strategis.

Namun demikian Kebangkitan tinggallah sebuah kata dan seremonial semata. Ianya lenyap dan senyap seiring pergantian masa dan pertukaran waktu karena ruh darinya tidak melekat pada sanubari setiap jiwa-jiwa rakyat Indonesia. Hilangnya penghayatan itu tentunya telah berimplikasi pada gerak langkah, kebijakan, dan sepak terjang Indonesia dalam kancah internasional.

Keperkasaan dan kegagahan sebagai bangsa yang 'gemah ripah loh jinawi' dan 'Jamrud Khatulistiwa serta “Negara Kepulauan Terbesar” seakan hampa dan tidak bersahaja. Harkat dan martabat sebagai bangsa memudar serta seakan ditelan oleh negara kecil seperti Singapura dan Malaysia.

Bagaimana bisa negara 17 ribu pulau ini gagal memberi makan rakyatnya sehingga rakyat Indonesia rela terlunta-lunta. Mengais-ngais rezeki sambil 'berpetak umpet' dengan pemerintah negeri Jiran.

Bahkan tak jarang, penduduk Indonesia yang bekerja di Malaysia, yang sebenarnya adalah duta negara, wakil negara, pembawa nama baik negara, dengan terang-terangan diseret-seret seperti budak dan tak manusiawi. Seakan negara ini menjadi singa kehilangan taring dan garuda kehilangan cakar yang bisa setiap saat dicampakkan oleh negara lain.

Kemudian muncul pertanyaan kita mengapa hal tersebut bisa terjadi? Barangkali, jawaban yang muncul sederhana, yaitu karena Indonesia tercinta telah teringgal jauh. Terutama dalam pembangunan ekonominya oleh negara jiran, seperti Malaysia. Perlu kiranya kita menelisik mengapa negara yang merdeka 12 tahun setelah Indonesia merdeka mengalami tingkat kemajuan begitu pesat? Di manakah kunci sukses mereka?

Masih tebal dalam ingatan, tahun 70-an pemerintah Indonesia giat mengirim tenaga guru ke Malaysia. Pada saat yang sama Malaysia belajar ke Indonesia dan secara massive Malaysia pun menyiapkan SDM-nya dengan menyekolahkan putra-putri terbaiknya ke luar negeri. Selain itu, seperti halnya Indonesia, Malaysia pun memiliki rencana pembangunan, yang lazimnya disebut 'Rancangan Malaysia' yang mana saat ini telah memasuki 'Rancangan Malaysia ke-10'.

Secara singkat, kunci sukses pembangunan ekonomi di Malaysia terletak pada dua faktor penting. Pertama, stabiltas politik domestik, dan kedua, komitmen pemerintah yang besar akan masa depan Negara.

Dalam konteks stabilitas politik, banyak pihak sepakat bahwa Malaysia berhasil meminimalkan benih-benih pertikaian dan konflik antar parpol. Dalam kurun waktu lebih 20 tahun, Barisan Nasional, yang merupakan gabungan dari beberapa partai telah mendominasi kekuasaan dan berhasil membungkam aksi lawan-lawan politiknya secara cerdas.

Ketangkasan dalam hal politik ternyata dijawab melalui berbagai program pro-rakyat yang benar-benar dirasakan dan tidak sekedar lipstik politik dan aksi cari simpati menjelang pemilu. Kita coba potret berbagai ambisius program negara di bawah nahkoda Perdana Menteri, Datuk Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak, di mana baru setahun berkuasa, telah me-launching program yang disebut 'The Government Transformation Program'.

Target program tersebut adalah 'semata-mata membuktikan bahwa pemerintah serius dan konsisten untuk memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat dan mencegah negara jalan di tempat serta dalam upaya melanggengkan langkah Malaysia menuju kejayaan?

Lebih lanjut dia berkomitmen bahwa pemerintah tidak hanya bicara namun terus bekerja sungguh-sungguh dengan cara memperjuangkan terciptanya efisiensi pemerintahan dan sistem pelayanan publik yang optimal.

Ke semuanya diselaraskan melalui 'Instrument National Key Results Areas (NKRA?s)' di mana pengurangan kriminalitas, pemberantasan korupsi, peningkatan infrastruktur dasar pedesaan, peningkatan transportasi perkotaan, peningkatan standard sosial ekonomi rumah tangga miskin, dan peningkatkan kualitas pendidikan menjadi prioritas kebijakan negara.

Pendek kata biaya stabilitas politik dibangun bukan dengan lobi-lobi kosong tanpa kerja dan komitmen. Namun, dijawab dengan program kerja yang benar-benar untuk rakyat serta pemerintah benar-benar sebagai abdi dan pelayan rakyat. Stabilitas politik bukan dibangun dengan koalisi dan aksi boikot. Namun, direpresentasikan dengan kerja keras dan pengabdian maksimal untuk rakyat dan Negara.

Kedua, komitmen yang tinggi akan masa depan negara. Satu hal yang cukup salut dengan pemerintah Malaysia adalah karena tekad dan iktikad dalam membuat target dan sasaran jangka panjang dalam mengatur masa depan Negara.

Baru beberapa saat dilantik pada April 2009, Perdana Menteri secara lantang mengajukan konsep “1 Malaysia, Rakyat didahulukan, Pencapaian Diutamakan”. Selanjutnya, ini menjadi jargon, motto, dan semangat rakyat dan negara dalam menetapkan kebijaksanaannya. Kemudian, setelah setahun pemerintahan, Najib kembali memperkenalkan program yang sangat ambisius dan revolusioner yang diselaraskan dalam visi Malaysia 2020, yaitu “Model Ekonomi Baru”.

Dalam rumusannya, model ini akan digunakan sebagai sarana dalam menetapkan semua kebijakan negara. Khususnya pembangunan ekonomi, dengan hasil akhir yakni pada tahun 2020 Malaysia berhasil mengukuhkan dirinya sebagai “Negara Maju” dengan tingkat pendapatan RM42,000 atau USD 14,000. Fantastik, dan ke semuanya telah dirancang dan di-design secara terencana, terukur, dan matang dalam “Rancangan Malaysia ke-10”.

Berdasarkan data terakhir (2009), pendapatan per kapita per tahun Malaysia mencapai USD 7,000 atau RM 21,000. Sementara Indonesia berdasarkan data terakhir (2009) masih di level USD 4,000 per kapita per tahun.

Dua hal di atas telah sedikit membuka ruang bagi Malaysia untuk menjadi negara maju dan terdepan pada 2020. Di sisi lain, Indonesia yang notabene memiliki potensi jauh lebih besar seharusnya dapat mencapai tahapan yang lebih jauh lagi. Memang semuanya berpulang pada kesungguhan dan keseriusan para elite politik untuk benar-benar bekerja untuk rakyat dan Negara.

Tiba saatnya kepentingan politik praktis dan kekuasaan dikesampingkan demi kejayaan Republik tercinta. Tiba waktunya garuda itu terbang dengan sayap yang lebar dan cakar yang kuat serta pandangan yang tajam untuk menaklukkan dunia dan menebarkan keagungan dan keperkasaannya ke seluruh penjuru dunia. Semoga.
(Direktur Humas Islamic Economic Forum for Indonesia Development Kuala Lumpur)

RI Tertinggal Jauh Dibanding Singapura, Thailand dan Malaysia Dalam memikat Investor Asing

RIMANEWS - Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia masih ketinggalan jauh dalam memikat investor asing, khususnya dari negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
"Indonesia perlu memperbaiki sejumlah indikator "doing business yang kerap jadi acuan investasi," ujar pejabat dari Kementerian Perekonomian Huda Bahweres di Jakarta, 18 November 2010.
Menurut dia, ini terlihat dari peringkat Indonesia yang berada di urutan keempat sebagai negara tujuan investasi para anggota OECD. "Kita tertinggal dari Singapura, Thailand dan Malaysia."
Dia menekankan kebijakan investasi di Indonesia sebenarnya sudah cukup komprehensif. Namun peraturan yang berbelit menjadi keluhan investor asing. Orang yang mau melakukan usaha di Indonesia itu masih sulit.
Dia menjelaskan dari sisi peraturan, banyak faktor yang berperan. Misalnya, peraturan-peraturan Pemerintah Daerah yang  tidak mendukung pada investor untuk memulai usaha dan berinvestasi, UU Buruh yang masih menjadi ketakutan investor. Karena di Indonesia tidak mudah perusahaan memecat seorang buruh ini buat investor asing menjadi masalah. Dan Infrastruktur yang masih minim. Hal ini berpengaruh untuk para investor.
Menurut dia, sebetulnya sudah banyak UU yang diperbaiki, Indonesia juga memiliki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, serta program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II yang mendukung kepada reformasi regulasi untuk iklim investasi.
"Namun, implementasinya belum berjalan sebagaimana mestinya," kata dia. "Padahal, jika itu sudah dijalankan luar biasa dampaknya pada investasi Indonesia."
Selanjutnya, tidak adanya kejelasan kepastian hukum, regulasi yang tumpang tindih, banyaknya peraturan dan berbelit-belit yang membuat investor bingung. Kurang jelasnya UU, korupsi dan pungutan lain yang pada kenyataannya masih banyak terjadi. Sumber daya manusia Indonesia juga harus lebih ditingkatkan lagi kedepannya agar secara kualitas tidak tertinggal. "Semua ini menjadi pekerjaan rumah Indonesia untuk lebih meningkatkan iklim investasi."
Kerja sama dengan OECD ini memberikan pencerahan bahwa sesungguhnya banyak hal yang harus diperhatikan guna meningkatkan investasi. Indonesia akan diuntungkan karena mereka menerbitkan buku oleh berjudul OECD Investment Policy Review on Indonesia. Ini bukan sekedar untuk mempromosikan Indonesia. "Namun, jika instansi yang berbicara akan lebih diperhatikan daripada individu." (VIVA/is)
Indikator SDM Indonesia masih Jauh Tertinggal


Kamis, 23 Oktober, 2003 oleh: Siswono Indikator SDM Indonesia masih Jauh Tertinggal
Gizi.net - Indonesia selama tiga dekade terakhir mencatat berbagai kemajuan dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) dengan adanya indikasi membaiknya berbagai indikator SDM sejak 1960 hingga 1999. Namun, berbagai indikator SDM Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya.

"Pembangunan SDM nasional selama tiga dekade terakhir terus membaik," kata Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kwik Kian Gie, ketika membuka Tinjauan Paruh Waktu Program Kerja Sama Pemerintah RI dan UNICEF tahun 2001-2004, di Jakarta, kemarin.

Berbagai perbaikan indikator SDM dari 1960 hingga 1999, kata Kwik, antara lain ditunjukkan dengan usia harapan hidup rata-rata meningkat dari 41,0 tahun menjadi 66,2 tahun.

Selain itu, juga angka kematian bayi turun dari 159 menjadi 48 per 1.000 kelahiran hidup, serta angka buta huruf dewasa turun, menurun dari 61% menjadi 12%.

Namun, tambah Kwik, berbagai indikator SDM Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan prestasi negara ASEAN, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Hal ini terlihat antara lain dari rendahnya peringkat indeks pembangunan manusia (IPM) yang mencakup angka harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi murid sekolah, dan pengeluaran per kapita.

"Berdasarkan Human Development Report 2003, peringkat human development index (HDI) Indonesia menempati urutan 112 dari 175 negara," kata Kwik.

Selain itu, jika dipilih menurut jenis kelamin, dengan menggunakan nilai indeks pembangunan gender (IPG), Indonesia menempati urutan ke-91 dari 155 negara.

Kwik menambahkan, Indonesia saat ini dihadapkan pada kondisi melambatnya pencapaian indikator-indikator di bidang pembangunan SDM, antara lain disebabkan oleh kondisi ekonomi dan sosial politik serta ketahanan dan keamanan yang kurang menguntungkan.

"Oleh karena itu, salah satu tantangan besar bagi Indonesia adalah bagaimana untuk kembali mencapai kemajuan pesat yang pernah diraih sebelumnya," katanya.

Sementara itu, Dirjen Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Seman Widjojo mengatakan bahwa rendahnya kualitas sumber daya manusia tersebut akibat pembangunan Indonesia hanya berorientasi pada upaya mengejar pertumbuhan ekonomi.

"Tetapi mengesampingkan perbaikan kualitas manusia, sehingga hal tersebut akan menimbulkan berbagai problema sosial dan kesenjangan," tegas Seman.

Menyikapi persoalan tersebut, Kwik dan Seman mengatakan bahwa perlu adanya upaya pembangunan kualitas SDM Indonesia. Seman mengatakan pemerintah daerah perlu mendorong pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terhadap upaya tersebut, bahkan sejak usia dini di daerah.

"Alokasi APBD yang umumnya terserap untuk operasional birokrasi saat ini, kiranya lebih diarahkan bagi pengeluaran pembangunan, khususnya untuk perbaikan kualitas manusia Indonesia," katanya.

Sementara itu, Direktur Regional UNICEF Mehr Khan mengatakan program kerja sama yang diluncurkan di Indonesia sejak 2001 masalah HIV/AIDS bukanlah prioritas. HIV/AIDS memang mengalami peningkatan di beberapa negara Asia, tetapi di Indonesia dikatakan relatif aman. (Drd/CR-38)

Sumber: http://www.mediaindo.co.id

Friday, December 17, 2010

Tips Agar Pacaran Tidak Jenuh

Mungkin diantara temen-temen ada yang sedang mengalami kebosanan atau kejenuhan dalam hubungan, dan lagi gak punya ide mau ngapain. Nah disini coba kasih sedikit tips agar pacaran tidak membosankan, yang pernah dilakukan orang lain dengan pasangannya, semoga juga bisa jadi solusi buat yang lagi buntu.

Berikut ada beberapa tips agar pacaran tidak membosankan yang mungkin berguna dan bisa membantu temen-temen. Bukan hal yang mutlak koq buat dilakukan, hanya sedikit ?ide? saja.


a. Jangan terlalu sering ketemu
Frekuensi bertemu yang terlalu sering akan membuat hubungan cepat hambar. Dalam hubungan apapun yang penting kualitasnya bukan kuantitasnya.

b. Kabur dari pasangan
Sesekali anda perlu ?kabur? dari pasangan. Maksudnya jika anda terbiasa dengan ?melaporkan? semua aktifitas, cobalah keluar dari kebiasaan itu.

c. Berbaur dengan temannya
Tidak ada salahnya berbaur dengan teman ? teman dari pasangan anda. Jika anda sedang bosan dengan pacar, bisa dialihkan dengan teman-temannya yang dia sudah kenal.

d. Moment dadakan
Jangan terlalu lempeng dengan hubungan anda, itu sangat membosankan. Buatlah moment dadakan untuk acara sekecil apapun, karena hal tersebut akan membuat pasangan merasa tiap saat adalah moment berharga.

e. Surprise kecil
Jangan segan-segan memberikan kejutan kecil pada pasangan. Tidak harus selalu pria ke wanita, bisa sebaliknya. Karena hubungan pacaran adalah hubungan dua arah.

f. Olahraga berdua
Lepas dari rutinitas yang menguras otak dan fikiran, coba anda buat jadwal khusus berdua ke gym atau hanya sekedar jogging berdua. Bahkan bisa juga hubungan anda makin erat.

g. Mengenal keluarganya
Mengenal keluarganya tidak hanya anda yang akan memutuskan menikah. Saat pacaran juga perlu mengenal keuarga masing-masing. Sesekali berbaurlah dengan keluarganya tanpa melibatkan pasangan anda.Seperti berbelanja dengan ibunya, atau ke karaoke dengan kakaknya.

h. Ke Salon berdua
Salon bukan hanya milik wanita, pria juga wajib ke salon. Ajaklah pasangan anda saat ke salon, bukan untuk menemani atau sekedar menunggui, tapi libatkan pasangan dalam kegiatan salon anda. Seperti creambath atau perawatan tubuh lainnya.

i.Panggilan sayang
Panggilan sayang haruslah selalu ada dalam suatu hubungan. Jangan memanggil dengan kalimat ?sayang?,’cinta?, de.el.el saja, tetapi variasikan panggilan anda, agar tidak sama dengan pasangan-pasangan lain. semoga bermanfaat..
Memilih Pacar dengan Matematika

Bagi Anda yang punya banyak teman, dan ingin memilih mana di antara teman Anda yang mestinya cocok untuk menjadi pacar Anda, bisa pakai matematika lho.

Caranya cukup mudah, pertama buatlah pertanyaan seperti contoh tabel di bawah ini:


Contoh Pertanyaan


Setelah membuat pertanyaan secukupnya (bisa lebih dari 4 pertanyaan), buatlah jawaban yang cocok bagi Anda. Misal saja jawaban Anda adalah 1 untuk perntanyaan ke satu, 1 untuk yang ke dua, 1 untuk yang ke tiga, dan 1 juga untuk pertanyaan yang ke empat.

Berikan juga pertanyaan tersebut pada teman Anda. Misal Anda punya 2 teman yang ingin dinilai kecocokannya dengan Anda (Budi dan Arif). Dan jawaban mereka seperti tabel di bawah ini:


Contoh Jawaban


Maka bisa dengan sederhana dapat diukur perbedaannya dengan proses pengurangan bobot jawaban antara Anda dan teman-teman Anda:

Anda dan Budi berbeda 2 pada pertanyaan ke 2, beda 1 pada pertanyaan ke 3, dan beda 1 pada pertanyaan ke 4. Sehingga secara keseluruhan memberikan nilai perbedaan sebesar 4.
Sedangkan Anda dan Arifi berbeda 2 pada pertanyaan pertama, dan beda 2 pada pertanyaan ke 4. Sehingga secara keseluruhan memberikan nilai perbedaan sebesar 4 juga.

Ehmmm ... kok hasilnya masih sama ... padahal Budi dan Arif jelas punya selera yang berbeda.

Rupanya harus dicari cara lain untuk menghitung perbedaan ini. Sekarang kuadratkan tiap perbedaan yang terjadi sebelum dijumlahkan semua, sehingga menjadi seperti ini:

Anda dengan Budi: 2^2 + 1^2 + 1^2 = 6
Anda dengan Arif: 2^2 + 2^2 = 8

Nah, sekarang jadi terlihat, dimana Budi punya nilai perbedaan lebih kecil dari pada Arif, jadi Budi merupakan pilihan tepat untuk menjadi pacar Anda.

Secara matematika, untuk mengukur perbedaan antar data, menggunakan rumus:



rumus untuk mencari kesamaan


Rumus ini biasa kita temui pada Jaringan Syaraf Tiruan (JST) untuk mengukur perbedaan antara keluaran JST dengan target yang diinginkan, atau juga pada metode clustering untuk mengelompokkan data berdasarkan kesamaannya (ke-homogen-an data).

Selasa, 26 Januari 2010

Tips Cantik & Tampan Ala Ibnu Sina

Allah SWT itu indah, dan mencintai keindahan. Sesungguhnya Allah SWT itu bersih dan mencintai kebersihan. Demikian ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah SAW yang telah melecut para ilmuwan Muslim sejak dahulu kala untuk berkontribusi dalam bidang perawatan kecantikan, mulai dari rambut hingga ujung kaki.
Diantara ilmuwan muslim itu ialah Ibnu Sina (980 -1037 M), dokter Muslim legendaris. (Dalam literatur Barat, ia dikenal sebagai Avicenna.) Dalam kitabnya, Qanin fi Thib atau Canon of Medicine, secara khusus ia menuliskan rahasia dan resep perawatan kecantikan mulai rambut hingga ujung kaki. Tips perawatan kecantikan itu ditulis dalam bab khusus yang disebut ziyet (penampilan fisik).
Memang, istilah ziynet kerap digunakan untuk menyebut hiasan-hiasan. Namun Prof Nil Sari dari Fakultas Kedokteran Istanbul University dalam tulisannnya berjudul Beauty, Hair and Body Care in the Canon of Ibn Sina mengungkapkan, dalam kitab itu Ibnu Sina menjelaskan tips dan rahasia berkaitan dengan penampilan, seperti perawatan rambut dan tubuh.
Menurut Prof Nil, Ibnu Sina pada abad ke-10 sudah membahas penyakit kulit, perawatan, dan penyembuhannya. ”Ia juga membahas masalah berat badan, misalnya kegemukan dan kekurusan serta dampaknya terhadap penampilan,” tutur Prof Nil. Ibnu Sina juga membahas simptom atau gejala. Ia mengupas berbagai masalah kecantikan yang kerap dihadapi setiap orang, seperti rambut rontok, kulit yang berubah pucat, dan bagaimana merampingkan tubuh. Dalam kitabnya yang fenomenal itu, ia juga mengungkapkan formula perawatan rambut dan kulit.
Selain itu, Ibnu Sina juga memaparkan penyakit-penyakit kulit, metabolisme serta makanan yang perlu dikonsumsi dan tidak untuk menjaga kecantikan tubuh. Akan tetapi, Ibnu Sina mengupas masalah kecantikan bukan untuk mempercantik diri, melainkan lebih menekankan pada sudut pandang kesehatan dengan cara merawat tubuh.

Masalah Rambut

Dalam kitabnya, Ibnu Sina mengungkap rahasia perawatan rambut. Ia mengkaji semua hal tentang rambut (sha’r), jenggot dan lainnya. Ia sudah mampu mengungkapkan langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah rambut dan jenggot rontok. Selain itu, dia juga memaparkan cara mendapatkan rambut yang lebat dan panjang. Ibnu Sina juga memaparkan bagaimana cara menata rambut, seperti mendapatkan rambut halus yang lurus atau keriting.
Tak hanya itu, Ibn Sina juga menjelaskan metode untuk mengubah warna rambut, misalnya, warna rambut dibuat lebih gelapkan warnanya, dengan warna hitam pekat, atau warna rambut diubah menjadi merah, cokelat, dan lainnya. “Semua hal tentang pertumbuhan rambut, penyakit, pengobatan dijelaskan sesuai dengan teori humoral. Tetapi sulit untuk memahami arti medis dari beberapa istilah,” ungkap Prof Nil.
Khusus tentang rambut, Ibnu Sina mengkaji masalah kebotakan dan beragam penyebab rontoknya rambut. Menurut dia, terdapat tiga faktor yang membuat rambut gagal tumbuh. Ppertama, “zat” rambut tidak menembus ke dalam tempat tumbuhnya rambut. Kedua, ‘zat’ menembus ke tempat rambut tumbuh, namun tak bertahan di tempat itu. Ketiga, “zat” rambut merusak, akibatnya tak cocok untuk pertumbuhan rambut.
Pengobatan rambut
Selain mengindentifikasi masalah penyebab kerusakan rambut, Ibnu Sina pun menawarkan pengobatannya. Secara khusus, ia menulis ”obat melindungi rambut.” Prinsip-prinsip pengobatan penyakit terkait rambut didasarkan pada teori humoral. Obat yang melindungi rambut, papar ibnu Sina, harus memiliki “daya tarik” untuk menormalkan dan menyesuaikan suhu (hararet-i latîfe-i jazzabe) dan “mempertahankan kekuatan zat” (quvva-i kâbiza).
Perawatan kulit
Selain membahas berbagai masalah tentang rambut, Ibnu Sina juga mengupas perwatan kulit secara detail. Masalah perawatan, penyakit dan pengobatan kulit diuraikan sang dokter legendaris dalam artikel kedua bab ziynet. Pada abad ke-10 M, Avicenna sudah mampu menjelaskan secara ilmiah perubahan warna pada kulit.
Menurut Ibnu Sina, ada sejumlah faktor yang menyebabkan perubahan warna kulit seperti sinar matahari, udara dingin, angin, usia lanjut, jarang mandi, makanan yang terlalu asin serta perubahan dalam darah. Sang dokter juga merinci tentang penyebab kulit mencaji pucat. Kata dia, penyebab kulit pucat antara lain, penyakit, kegelisahan, kelaparan, terlalu banyak jimak (hubungan seks), sakit parah, cuaca terlalu panas, kurang minum serta faktor lainnya.
”Hal yang luar biasa Ibnu Sina sudah mempu mengamati hubungan antara geophagia (kebiasaan memakan tanah) dengan anemia,” ungkap Prof Nil. Ibnu Sina dalam bab ziynet juga sudah memberi solusi penyembuhan dan perawatan masalah yang biasa dialami pada kulit itu.
Penyakit kulit
Masalah penting lainnya yang dijelaskan Ibnu Sina mengenai jenis-jenis penyakit kulit dan pengobatannya. Dalam artikel ketiga, sang dokter sudah menjelaskan penyebab terjadinya kulit melepuh, jerawat, bisul, borok serta penyakit kulit lainnya.Menurut Prof Nil, pembahasan rahasia merwat kecantikan, rambut dan kulit yang dijelaskan Ibnu Sina diklasifikasikan berdasarkan gejala. Contohnya, rambut rontok, kulit pucat tau tubuh menjadi kurus. Dalam bab ziynet, penyakit-penyakit kulit juga dibahas Avicenna dalam artikelnya tentang kulit. Pembahasan kulit secara khusus, dikaji dan dikupas dalam artikel ketiga.
Ibnu Sina juga membahas masalah kecantikan dengan mengklasifikasikan organ. Ia mengupas masalah kecantikan mulai dari kepala yakni tentang perawatan rambut dan diakhiri dengan mempelajari kaki. Sang dokter berupaya membahas masalah kesehatan tubuh secara runut dari atas sampai ke bawah.
”Topik mengenai ziynet sebagai berhubungan dengan kosmetika,” tutur Prof Nil. Ibnu Sina
ternyata sudah mampu menawarkan formula perawatan untuk rambut dan kulit. Selain itu, ia juga sudah menjelaskan mengenai penyakit-penyakit kulit yang banyak dialami, metabolisme, terapi fisik dan haematologi. ”Ibnu Sina mengupas masalah ini bukan untuk mempercantik orang, tapi bagaimana menyembuhkan penyakit yang dapat merusak penampilan.” desy susilawati/hri

Madu sebagai Obat Kecantikan

Ibnu Sina melakukan penelitian terhadap bahan-bahan alami yang ada pada masanya. Salah satu bahan alami yang ditawarkannya untuk merawat kecantikan tubuh adalah madu dan minyak zaitun. Kedua bahan tersebut ternyata mampu menjadi obat mujarab yang digunakan sebagai kosmetika yang memiliki beragam khasiat.
Menurut Avicenna, madu dan minyak zaitun bisa mengencangkan kulit muka dan seluruh kulit badan. Kedua bahan alami yang mendapat perhatian khusus dalam Alquran itu mampu menghilangkan flek-flek hitam dan jamur kulit. Selain itu, madu dan minyak zaitun juga bisa menghaluskan kulit dan mengurangi reutan pada wajah.
Yang tak kalah menariknya, Ibnu Sina pun telah menemukan fakta bahwa minyak zaitun dan madu mampu menghilangkan bau badan yang tak sedap, serta bisa memberikan vitamin pada kulit dan melembabkannya. Selain untuk kosmetik, madu juga bisa digunakan untuk bearagam kegunaan lainnya.
Mulai dari makanan, obat-obatan sampai bahan untuk alat-alat kecantikan. Sejatinya, manfaat madu telah dirasakan peradaban manusia sejak dahulu kala. Orang Mesir Kuno telah mengonsumsinya. Penduduk Mesir Kuno sudah terbiasa memanfaatkan madu sebagai makanan bergizi tinggi serta obat berbagai macam penyakit yang mujarab.
Meski begitu, peradaban kuno belum mampu menjelaskannya secara ilmiah. Adalah Ibnu Sina seorang dokter legendaris sepanjang masa yang telah berhasil membuktikan kebenaran khasiat madu tersebut, dalam usia tua. Konon, Ibnu Sina masih tetap kelihatan sehat dan segar bugar layaknya seorang pemuda, karena terbiasa mengonsumsi madu.

pengaruh musik dalam pembelajaran

musik
Abstrak: Penelitian-penelitian membuktikan bahwa musik memberikan banyak
manfaat kepada manusia atau siswa seperti merangsang pikiran, memperbaiki konsenstrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, membangun kecerdasan emosional, dll. Musik juga dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri, yang berarti menyeimbangkan perkembangan aspek intelektual dan emosional. Siswa yang mendapat pendidikan musik jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran logis, sekaligus cerdas, kreatif, dan mampu mengambil keputusan, serta mempunyai empati. Namun, pendidikan formal di Indonesia tidak menekankan keseimbangan antara aspek intelektual dan emosi. Keadaan ideal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan pembenahan untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia melalui kurikulum pendidikan musik sebagai mata pelajaran wajib di tingkat SD dan SLTP.
Kata Kunci: musik, stimulasi, aspek kognitif, aspek emosi
1. Pendahuluan
1.2. Latar Belakang
Semua bangsa maju di dunia seperti Jerman, Amerika, Jepang, Inggris, Australia dan
negara Eropa pada umumnya adalah bangsa yang musikal. Pengertian musikal yang dimaksud disini adalah pertama dapat memainkan instrumen musik atau menyanyi dengan baik, pengertian kedua tidak dapat bermain musik atau menyanyi dengan baik, tetapi dapat mengapresiasikan musik.
Siswa-siswa setingkat kelas 1 sampai 4 SD di Amerika Serikat mendapatkan pelajaran
musik 75 menit setiap minggu, sejak kelas 5 mereka memperoleh pelajaran musik selama 80 menit. Oleh karena itu, mereka sudah dapat membuat koor dengan aransemen-aransemen yang sulit untuk tiga suara dan dapat memainkan beberapa instrumen musik. Di tingkat SLTP mereka memperdalam pelajaran musik pilihan dan mengadakan pertunjukan-pertunjukan. Tingkat SLTA mereka sudah melangkah dengan penekanan pada bentuk konser-konser. Oleh karena itu, mereka sudah mampu menyusun program-program musik yang sangat maju dengan membuat satu atau dua koor gabungan. Sebagian besar sekolah-sekolah di sana memiliki ruangan khusus musik, demikian juga di Australia.
Di Inggris anak usia TK yang berkemampuan membaca di bawah rata-rata, dapat mengejar teman-teman mereka yang di kelompok rata-rata sesudah mereka diperkaya dengan pelajaran musik tambahan, mereka belajar bernyanyi dalam sebuah kelompok melalui latihan ketepatan nada dan irama disertai dengan latihan kepekaan emosi, sebuah program yang sangat berstruktur dan dapat dinikmati anak-anak.
Universitas-universitas di Jepang banyak yang mempunyai orkes Symphony sebagai
kelanjutan dari pelajaran musik yang mereka terima di tingkat SD, SLTP dan SLTA.
Begitu pun semua sekolah unggulan memasukkan mata pelajaran musik sebagai materi wajib intrakurikuler dan diperkaya dengan kegiatan ekstrakurikuler, dimana materi pelajaran musik yang diajarkan meliputi musik universal dan musik tradisional, nampaknya hasil pembelajaran siswa-siswa sekolah unggulan pun rata-rata sangat baik.
Namun kurikulum nasional di Indonesia, hanya menekankan perkembangan intelektual semata dan kurang memperhatikan perkembangan kecerdasan emosi. Hal ini tampak dengan banyaknya tawuran pelajaran di tingkat sekolah menengah dan tingkat lanjutan pertama, siswa sekolah dasar terbebani dengan padatnya mata pelajaran yang harus dihafal dan yang harus dikerjakan sehingga pembelajaran menghapus keceriaan anak pada masa perkembangannya.
Tampaknya pada kurikulum (1994) yang berlaku, aspek keseimbangan tersebut belum
terpenuhi. Kurikulum pendidikan formal di Indonesia hanya menekankan perkembangan
intelektual semata dan tidak memperhatikan perkembangan kecerdasan emosi. Melihat alokasi waktu mata pelajaran musik setiap minggu hanya waktu 2 x 45 menit, (GBPP kurikulum mata pelajaran kesenian 1994) yang masih terbagi dengan mata pelajaran seni tari, seni rupa, dan kerajinan tangan.
1.2. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menginformasikan ilmu pengetahuan tentang teori peran
pendidikan musik esensial diberikan dalam pendidikan integral agar peserta didik dapat
memperoleh keseimbangan fungsi otak kiri dan kanan yang merupakan pendidikan humanis. Mencari solusi dalam rangka untuk memperbaiki penyimpangan krisis moral yang terjadi pada siswa-siswa sekolah. Memberikan sumbangan pemikiran kepada penentu kebijakan kurikulum Depdiknas agar memasukkan pendidikan musik ke dalam kurikulum nasional di tingkat pendidikan dasar.
2. Kajian Teori
Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan kecerdasan emosional (EQ). Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri itu.
Siegel, 1999 mengatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang Alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbik jaringan neuron otak.
Hal yang sama dikemukakan Campbell 2001 dalam bukunya Efek Mozart) mengatakan musik
Barok (Bach, Handel dan Vivaldi) dapat menciptakan suasana yang merangsang pikiran dalam belajar. Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial. Masih banyak lagi jenis-jenis musik lain mulai dari Jazz, New Age, Latin, Pop, lagu-lagu, Gregorian bahkan gamelan yang dapat mempertajam pikiran dan meningkatkan kreativitas.
Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang
berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi.
Mengacu pada perkembangan kognitif dari Piaget (1969) dalam teori belajar yang didasari oleh perkembangan motorik, maka salah satu yang penting yang perlu distimulasi adalah keterampilan bergerak. Melalui keterampilan motorik anak mengenal dunianya secara konkrit. Dengan bergerak ini juga meningkatkan kepekaan sensori, dan dengan kepekaan sensori ini juga meningkatkan perkiraan yang tepat terhadap ruang spatial, arah dan waktu. Perkembangan dari struktur ini merupakan dasar dari berfungsinya efisiensi pada area lain.
Kesadaran anak akan tempo dapat bertambah melalui aktivitas bergerak dan bermain
yang menekankan sinkronis, ritme dan urutan dari pergerakan. Kemampuan-kemampuan visual, auditif dan sentuhan juga diperkuat melalui aktivitas gerak.
Gallahue, (1998) mengatakan, kemampuan-kemampuan seperti ini makin dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik. Rithme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah.
Hasil penelitian Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori neuron
(sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasar
adanya kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak.
Selanjutnya, Gordon Shaw (1996) dalam newsweek (1996) mengatakan kecakapan dalam
bidang yakni matematika, logika, bahasa, musik dan emosi bisa dilatih sejak kanak-kanak
melalui musik. Dengan melakukan penelitian membagi 2 kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen melalui pendidikan musik sehingga sirkuit pengatur kemampuan matematika menguat.
Musik berhasil merangsang pola pikir dan menjadi jembatan bagi pemikiran-pemikiran yang lebih kompleks. Didukung pula oleh Martin Gardiner (1996) dalam Goleman (1995) dari hasil penelitiannya mengatakan seni dan musik dapat membuat para siswa lebih pintar, musik dapat membantu otak berfokus pada hal lain yang dipelajari. Jadi, ada hubungan logis antara musik dan matematika, karena keduanya menyangkut skala yang naik turun, yaitu ketukan dalam musik dan angka dalam matematika.
Daryono Sutoyo, Guru Besar Biologi UNS Solo, melakukan penelitian (1981) tentang
kontribusi musik yaitu menstimulasi otak, mengatakan bawha pendidikan kesenian penting diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) agar peserta didik sejak dini memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanannya. Bila mereka mampu menggunakan fungsi kedua belahan otaknya secara seimbang, maka apabila mereka dewasa akan menjadi manusia yang berpikir logis dan intutif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam perasaannya.
Implementasi dari penelitian tersebut, pendidikan kesenian sewaktu di SD mempengaruhi
keberhasilan studi pada pendidikan berikutnya. Dengan demikian, diasumsikan bahwa
pendidikan kesenian di SD termasuk faktor penentu dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
2.2. Musik Sebagai Pendekatan Belajar
Berbagai sirkuit pada otak mempunyai waktu perkembangan yang berbeda-beda. Merangsang
anak pada waktu masa perkembangan yang tepat bisa memaksimalkan kemampuannya. Kemampuan
matematika dan logika ada dalam korteks otak yang berdekatan dengan kemampuan musik dengan masa pembentukan 0 – 4 tahun. Untuk itu perlu dilakukan bermain hitungan sederhana bersama anak melalui media musik dalam mengajarkan berhitung, misalnya satu piring, satu garpu, satu sendok, saat bersantap di meja makan.
2.3. Musik dan Kecerdasan Emosi
Para ilmuwan sering membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu
korteks, (kadang-kadang disebut neokorteks) sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurangi emosi yaitu sistem limbik. Padahal keduanya mempunyai hubungan. Interaksi yang disebabkan rangsangan bunyi musik yang menentukan kecerdasan emosional.
Korteks adalah bagian berpikir otak dan berfungsi mengendalikan emosi melalui pemecahan masalah, bahasa, daya cipta, dan proses kognitif lainnya. Sistem limbik merupakan bagian emosional otak. Sistem meliputi ini thalamus, yang mengirimkan pesan-pesan ke korteks; hippocampus, yang berperan dalam ingatan dan penafsiran persepsi; dan amigdala, pusat pengendalian emosi.
Menurut peneliti Siegel (1999) ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa musik dapat
berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh ke
hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak.
Efek atau suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi, yang
sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia yang manusiawi.
Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain,
menghayati pengalaman kehidupan dengan "perasaan", adalah fungsi otak kanan, sedang kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dengan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran (blending antara otak kanan dan kiri itu).
Proses mendengar musik merupakan salah satu bentuk komunikasi afektif dan memberikan pengalaman emosional. Emosi yang merupakan suatu pengalaman subjektif yang inherent terdapat pada setiap manusia. Untuk dapat merasakan dan menghayati serta mengevaluasi makna dari interaksi dengan lingkungan, ternyata dapat dirangsang dan dioptimalkan perkembangannya melalui musik sejak masa dini.
Campbell 2001 dalam bukunya efek Mozart mengatakan musik romantik (Schubert, Schuman, Chopin, dan Tchaikovsky) dapat digunakan untuk meningkatkan kasih sayang dan simpati.
Musik digambarkan sebagai salah satu "bentuk murni" ekspresi emosi. Musik
mengandung berbagai contour, spacing, variasi intensitas dan modulasi bunyi yang
luas, sesuai dengan komponen-komponen emosi manusia.
Suzuki (1987) dalam Utami Munandar mengatakan bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang dan disiplin akan tumbuh dalam dirinya. Inilah keajaiban musik. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Peter Salovey dan John Mayer (1990) dalam Shapiro (1997) menerangkan kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali emosi diri. Sternberg dan Salovery dalam Shapiro (1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap. Dalam hal ini, sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti memilih sekolah, sahabat, profesi sampai kepada pemilihan pasangan hidup.
Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. Misalnya seseorang yang sedang marah maka kemarahan itu tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali di kemudian hari.
Kepekaan akan rasa indah timbul melalui pengalaman yang dapat diperoleh dari menghayati musik. Kepekaan adalah unsur yang penting guna mengerahkan kepribadian dan meningkatkan kualitas hidup. Seseorang memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka maka ia akan dapat mengambil keputusan-keputusan secara mantap dan membentuk kepribadian yang tangguh. Kemampuan motivasi adalah kemampuan untuk memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga memiliki kekuatan semangat untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar. Seperti apa yang kita
cita-citakan dapat diraih dan mengisyaratkan adanya suatu "perjalanan" yang
harus ditempuh dari suatu posisi di mana kita berada (Point of Departure, POD) ke
suatu titik tiba (Point of Arrival, POA) dalam kurun waktu tertentu.
Kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan
mengelola emosi orang lain. Evelyn Pitcer dalam Kartini (1982) mengatakan musik membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka.
Kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial
yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok (group) dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain.
Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang
lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin diakui, dan dihargai.
Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya. Jelas bahwa
individualitas dan sosialitas merupakan unsur-unsur yang komplementer, saling mengisi dan
melengkapi dalam eksistensi anak.
Kecerdasan emosional perlu dikembangkan karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensi anak dapat berkembang secara lebih optimal.
Idealnya seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial
emosional. Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal "Emotional
Intelligences (EQ)", memberikan gambaran spectrum kecerdasan, dengan
demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli.
Sebagaimana dikatakan oleh para ahli, perkembangan kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti yang dikatakan Gordon Shaw (1996).
2.5 Penyusunan Kurikulum yang Ideal
Sprinthall dan Sprinthall (1974) dalam Teori Belajar mengemukakan bahwa perkembangan kognitif tidak datang dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak, harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan musik di sekolah.
Agar terjadi keseimbangan antara belahan otak kiri dan kanan, keajaiban musik dapat
menyehatkan jiwa, menciptakan kegembiraan sebagai pendekatan belajar untuk mengajarkan berhitung, mengajarkan sopan santun dan lain sebagainya, dengan musik siswa dapat menyalurkan emosinya secara positif sehingga dapat mencegah terjadinya tawuran sesama pelajar.
Secara eksplisit dalam GBHN disebut bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk pembangunan sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan sesama manusia merupakan fokus kurikulum masa depan sebagaimana yang dikerangkakan yaitu Ipteks Ilmu Pengetahuan,  Teknologi dan Seni.
Dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya perlu ada keseimbangan antara semua aspek perkembangan manusia yaitu perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan perkembangan moral yang ikut menentukan keberhasilan anak.
Pelajaran apa saja yang mengandung aspek-aspek tersebut yang dapat menjadikan siswa
pandai dan beriman melalui pelajaran agama, yang menjadikan siswa sehat raga melalui
pelajaran olah raga, sehat jiwa melalui pelajaran musik, yang menjadikan siswa berbudaya serta cinta tanah air melalui pendidikan seni melalui ciri masing-masing daerah dan lain sebagainya, semua aspek tersebut dapat menyeimbangkan belahan otak kanan dan kiri yang akhirnya dapat membentuk manusia Indonesia seutuhnya, memang hasil yang dirasakan/didapat bersifat abstrak, bukan bekal berupa keterampilan, tetapi esensial untuk diberikan jika ingin memanusiakan manusia.
3. Penutup
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
(1) Musik memberikan rangsangan terhadap jalinan antara neuron, sehingga neuron yang bertautan akan meningkatkan kemampuan matematika dan emosi.
(2) Musik merangsang pikiran.
(3) Musik memperbaiki konsentrasi dan ingatan.
(4) Musik membuat siswa lebih pintar.
(5) Musik meningkatkan aspek kognitif.
(6) Musik membangun kecerdasan emosional.
(7) Siswa yang mendapat pendidikan musik jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran logis, sekaligus cerdas, kreatif dan mampu mengambil keputusan dan mempunyai empati.
(8) Dengan pendidikan musik, anak memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanan, artinya terdapat keseimbangan antara aspek kognitif dan aspek emosi.
http://raven20http://pamangsah.blogspot.com/2008/10/musik-merupakan-stimulasi-terhadap.html07.multiply.com/journal/item/1

Apa Pengaruh Musik Dalam Belajar

Rabu, 31 Maret 2010

Menurut Ahli saraf dari Harvard University, Mark Tramo, M.D., getaran musik yang masuk melalui telinga dapat mempengaruhi kejiwaan, Ini terjadi karena didalam otak manusia, terdapat jutaan neuron dari sirkuit secara unik menjadi aktif ketika kita mendengar musik. Neuron-neuron ini menyebar ke berbagai daerah di otak, termasuk pusat auditori di belahan kiri dan belahan kanan. Mulai dari sinilah kaitan antara musik dan kecerdasan terjadi. Makanya tidak salah pada abad 19 seorang penulis di Inggris pernah berkata “Musik itu adalah nyanyian para malaikat”.
Penelitian bagaimana pengaruh musik terhadap kecerdasan juga dilakukan oleh psikolog Fran Rauscher dan Gordon Shawdari University of California-Irvine, Amerika Serikat pada tahun 1994. Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa erat kaitan antara kemahiran bermusik dengan penguasaan level matematika yang tinggi, dan keterampilan-keterampilan sains. Setelah delapan bulan, penelitian kedua pakar ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan program pendidikan musik, meningkat inteligensi spasialnya (kecerdasan ruang) sebesar 46% dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diekspos oleh musik ( sumber : http://begotsantoso.com/info-pendidikan/musik-dan-kecerdasan )
Berdasarkan dari penelitian diatas, saya mencoba menyebarkan angket untuk mengetahui seberapa pengaruh musik untuk memotivasi belajar dan apa alasannya. Dan inilah jawabannya :
Tanggapan Positif
“ karena materi bisa lebiih cepat masuk ke otak.
Contoh musiknya : musik classic , music instrumental “
“ mendengarkan musik bisa membuat lebih semangat.
Contoh music R N B”
“ bisa merelaksasi kinerja otak.
Contoh musicnya : Instrumental”
“Berpengaruh untuk memacu adrenalin kita jadi termotivasi untuk belajar.
Contoh music : Rock”
“Berpengaruh karena bisa membuat lebih semangat dalam belajar.
Contoh music : Slow Rock”
“ Sangat berpengaruh , karena jika ada musik materi yang didapatkan lebih cepat ditangkap.
Contoh music : Slow music”

Tanggapan Negative
“Tidak berpengaruh , karena belajar dalam keadaan tenang lebih bisa masuk ke otak. Tapi music berpengaruh untuk menyemati diri atau sekadar untuk refreshing otak, karena dapat menimbulkan mood positif untuk belajar lagi “
“Tidak berpengaruh karena belajar dalam keadaan tenang lebih cepat menangkap materi yang diterima”
“ Berpengaruh tapi bukan buat belajar tapi untuk membuat diri menjadi lebih semangat”
“Tidak berpengaruh , karena belajar itu menggunakan otak , sedangkan musik itu menggunakan emosi perasaan.”

Pengaruh Musik Teman Belajar

E-mail Print PDF

Musik: Pengaruhnya Terhadap Otak

Sri Herawati Dwi Arini (2001) menyatakan bahwa musik memberikan rangsangan terhadap jalinan antara neuron, sehingga neuron yang bertautan akan meningkatkan kemampuan matematika dan emosi, musik merangsang pikiran, musik memperbaiki konsentrasi dan ingatan, musik membuat siswa lebih pintar, musik meningkatkan aspek kognitif, musik membangun kecerdasan emosional, siswa yang mendapat pendidikan musik jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran logis, sekaligus cerdas, kreatif dan mampu mengambil keputusan dan mempunyai empati. Dengan pendidikan musik, anak memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanan, artinya terdapat keseimbangan antara aspek kognitif dan aspek emosi.
Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri itu. Siegel, 1999 mengatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang Alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbik jaringan neuron otak.

 

Musik Memberikan Rangsangan Terhadap Aspek Kognitif (Matematik)

Hal yang sama dikemukakan Campbell 2001 dalam bukunya Efek Mozart) mengatakan musik Barok (Bach, Handel dan Vivaldi) dapat menciptakan suasana yang merangsang pikiran dalam belajar. Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial. Masih banyak lagi jenis-jenis musik lain mulai dari Jazz, New Age, Latin, Pop, lagu-lagu, Gregorian bahkan gamelan yang dapat mempertajam pikiran dan meningkatkan kreativitas.
Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi.
Mengacu pada perkembangan kognitif dari Piaget (1969) dalam teori belajar yang didasari oleh perkembangan motorik, maka salah satu yang penting yang perlu distimulasi adalah keterampilan bergerak. Melalui keterampilan motorik anak mengenal dunianya secara konkrit. Dengan bergerak ini juga meningkatkan kepekaan sensori, dan dengan kepekaan sensori ini juga meningkatkan perkiraan yang tepat terhadap ruang (spatial), arah dan waktu. Perkembangan dari struktur ini merupakan dasar dari berfungsinya efisiensi pada area lain. Kesadaran anak akan tempo dapat bertambah melalui aktivitas bergerak dan bermain yang menekankan sinkronis, ritme dan urutan dari pergerakan. Kemampuan-kemampuan visual, auditif dan sentuhan juga diperkuat melalui aktivitas gerak.
Gallahue, (1998) mengatakan, kemampuan-kemampuan seperti ini makin dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik. Rithme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah.
Hasil penelitian Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasar adanya kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak.
Selanjutnya, Gordon Shaw (1996) dalam newsweek (1996) mengatakan kecakapan dalam bidang yakni matematika, logika, bahasa, musik dan emosi bisa dilatih sejak kanak-kanak melalui musik. Dengan melakukan penelitian membagi 2 kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen melalui pendidikan musik sehingga sirkuit pengatur kemampuan matematika menguat.
Musik berhasil merangsang pola pikir dan menjadi jembatan bagi pemikiran-pemikiran yang lebih kompleks. Didukung pula oleh Martin Gardiner (1996) dalam Goleman (1995) dari hasil penelitiannya mengatakan seni dan musik dapat membuat para siswa lebih pintar, musik dapat membantu otak berfokus pada hal lain yang dipelajari. Jadi, ada hubungan logis antara musik dan matematika, karena keduanya menyangkut skala yang naik turun, yaitu ketukan dalam musik dan angka dalam matematika.
Daryono Sutoyo, Guru Besar Biologi UNS Solo, melakukan penelitian (1981) tentang kontribusi musik yaitu menstimulasi otak, mengatakan bawha pendidikan kesenian penting diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) agar peserta didik sejak dini memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanannya. Bila mereka mampu menggunakan fungsi kedua belahan otaknya secara seimbang, maka apabila mereka dewasa akan menjadi manusia yang berpikir logis dan intutif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam perasaannya.
Implementasi dari penelitian tersebut, pendidikan kesenian sewaktu di SD mempengaruhi keberhasilan studi pada pendidikan berikutnya. Dengan demikian, diasumsikan bahwa pendidikan kesenian di SD termasuk faktor penentu dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Musik Sebagai Pendekatan Belajar

Berbagai sirkuit pada otak mempunyai waktu perkembangan yang berbeda-beda. Merangsang anak pada waktu masa perkembangan yang tepat bisa memaksimalkan kemampuannya. Kemampuan matematika dan logika ada dalam korteks otak yang berdekatan dengan kemampuan musik dengan masa pembentukan 0 – 4 tahun. Untuk itu perlu dilakukan bermain hitungan sederhana bersama anak melalui media musik dalam mengajarkan berhitung, misalnya satu piring, satu garpu, satu sendok, saat bersantap di meja makan. Antara  lambang notasi musik dan matematika terdapat kesamaan-kesamaan utamanya untuk notasi angka. Untuk menulis bunyi dan tanda diam dengan bermacam-macam lama waktu atau panjang pendeknya bunyi dan tanda diam digunakan notasi irama dengan bentuk dan nilai tertentu:. Misalnyanya untuk not penuh nilainya 1 atau 2/2 atau 4/4,  not tengahan nilainya ½ atau 2/4,  not perempat nilainya ¼ atau 2/8,  not perdelapan nilainya 1/8 atau 2/16,  not perenambelas nilainya 1/16,  tanda diam penuh nilainya 1 atau 2/2 atau 4/4,  tanda diam tengahan nilainya ½ atau 2/4,  tanda diam perempat nilainya ¼ atau 2/8,  tanda diam perdelapan nilainya 1/8 atau 2/16, tanda diam perenambelas nilainya 1/16. Titik di belakang not atau tanda diam menambahkan nilai not atau tanda diam itu dengan setengah dari nilainya:

4/4 + 2/4 = 6/4

2/4 + 1/4 = 3/4

1/4 + 1/B = 3/B

1/B + 1/16 = 3/16

1/6 + 2/4 = 6/4

2/4 + 1/4 = 3/4

1/4 + 1/B = 3/4

1/8 + 1/16 = 3/16

Tiap not dapat bernilai dengan perbandingan 3 : 1, jika diberi tanda trial. Tanda legatura menghubungkan dua buah not atau lebih () memperpanjang nilai not yang pertama menjadi jumlah nilai not-not yang dihubungkannya.

2 2 1 3

Jika = ----, maka = ----- + ----- = -----

4 4 4 4

2 2 3 5

Jika = ----, maka = ----- + ----- = -----

4 4 4 4

4 4 3 7

Jika = ----, maka = ----- + ----- = -----

4 4 4 4


Musik dan Kecerdasan Emosi

Para ilmuwan sering membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu korteks, (kadang-kadang disebut neokorteks) sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurangi emosi yaitu sistem limbik. Padahal keduanya mempunyai hubungan. Interaksi yang disebabkan rangsangan bunyi musik yang menentukan kecerdasan emosional.
Korteks adalah bagian berpikir otak dan berfungsi mengendalikan emosi melalui pemecahan masalah, bahasa, daya cipta, dan proses kognitif lainnya. Sistem limbik merupakan bagian emosional otak. Sistem meliputi ini thalamus, yang mengirimkan pesan-pesan ke korteks; hippocampus, yang berperan dalam ingatan dan penafsiran persepsi; dan amigdala, pusat pengendalian emosi.
Menurut peneliti Siegel (1999) ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisferhemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak. kanan otak, walaupun dapat berpengaruh ke
Efek atau suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi, yang sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia yang manusiawi.
Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain, menghayati pengalaman kehidupan dengan "perasaan", adalah fungsi otak kanan, sedang kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dengan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran (blending antara otak kanan dan kiri itu).
Proses mendengar musik merupakan salah satu bentuk komunikasi afektif dan memberikan pengalaman emosional. Emosi yang merupakan suatu pengalaman subjektif yang inherent terdapat pada setiap manusia. Untuk dapat merasakan dan menghayati serta mengevaluasi makna dari interaksi dengan lingkungan, ternyata dapat dirangsang dan dioptimalkan perkembangannya melalui musik sejak masa dini.
Campbell 2001 dalam bukunya efek Mozart mengatakan musik romantik (Schubert, Schuman, Chopin, dan Tchaikovsky) dapat digunakan untuk meningkatkan kasih sayang dan simpati.
Musik digambarkan sebagai salah satu "bentuk murni" ekspresi emosi. Musik mengandung berbagai contour, spacing, variasi intensitas dan modulasi bunyi yang luas, sesuai dengan komponen-komponen emosi manusia.
Suzuki (1987) dalam Utami Munandar mengatakan bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang dan disiplin akan tumbuh dalam dirinya. Inilah keajaiban musik.

 

Aspek-aspek Kecerdasan Emosi

Peter Salovey dan John Mayer (1990) dalam Shapiro (1997) menerangkan kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali emosi diri. Sternberg dan Salovery dalam Shapiro (1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap. Dalam hal ini, sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti memilih sekolah, sahabat, profesi sampai kepada pemilihan pasangan hidup.
Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. Misalnya seseorang yang sedang marah maka kemarahan itu tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali di kemudian hari.
Kepekaan akan rasa indah timbul melalui pengalaman yang dapat diperoleh dari menghayati musik. Kepekaan adalah unsur yang penting guna mengerahkan kepribadian dan meningkatkan kualitas hidup. Seseorang memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka maka ia akan dapat mengambil keputusan-keputusan secara mantap dan membentuk kepribadian yang tangguh. Kemampuan motivasi adalah kemampuan untuk memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar. Seperti apa yang kita cita-citakan dapat diraih dan mengisyaratkan adanya suatu "perjalanan" yang harus ditempuh dari suatu posisi di mana kita berada (Point of Departure, POD) ke suatu titik tiba (Point of Arrival, POA) dalam kurun waktu tertentu.
Kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Evelyn Pitcer dalam Kartini (1982) mengatakan musik membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka.
Kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok (group) dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain.
Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin diakui, dan dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya. Jelas bahwa individualitas dan sosialitas merupakan unsur-unsur yang komplementer, saling mengisi dan melengkapi dalam eksistensi anak.
Kecerdasan emosional perlu dikembangkan karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensi anak dapat berkembang secara lebih optimal.
Idealnya seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial emosional. Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal "Emotional Intelligences (EQ)", memberikan gambaran spectrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Sebagaimana dikatakan oleh para ahli, perkembangan kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti yang dikatakan Gordon Shaw (1996).

Kecerdasan Emosional : Pengertian dan Ciri-cirinya

Setiap individu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya ditentukan oleh kecerdasan dari individual. Kecerdasan merupakan keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengelola dan menguasai lingkungan secara efektif. (Sarlito WS, 2001:11).
Kecerdasan  adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang  datang. Menurut Stern (Walgito, 1997:120) kecerdasan adalah sebagai kemampuan menyelesaikan yang dihadapi, hal ini berarti bahwa individu yang cerdas akan lebih cepat dan lebih tepat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Orang yang mempunyai intelegensi tinggi mereka akan mudah melakukan proses belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman, kemampuan yang ada seperti kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaatnya, kemampuan untuk berfikir, menalar, beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari perubahan lingkungan dan kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat serta tugas-tugas yang perlu segera diselesaiikan. Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi yang hidup pada tahun 1857-1911 bersama Theodore Simond mendefinisikan intelegensi terdiri atas tiga komponen : a) kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan; b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan; c) kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau  autocritism (Saifudin Azwar, 1996:5). Sementara Anita E. Woolfolk (1995), intelegensi meliputi tiga kemampuan: a) kemampuan untuk belajar; b) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; c) kemampuan untuk beradaptasi (Syamsul Yusuf,  tt. : 106). Kecerdasan emosi “emotional intelligence” merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Teori yang komprehensif tentang  kecerdasan emosi diajukan dalam tahun 1990 oleh dua orang psikolog, Petter Salovey, di Yalle dan Jhon Mayer sekarang di Universitas of New Hampshire. (Diakses bulan Juni 2007, http://psikologi.net /mine/articel.27.html ).
Sebuah model pelopor untuk kecerdasan emosi diajukan dalam tahun 1980-an oleh Reuven Baron, seorang psikolog Israel. Selama beberapa tahun belakangan ini, banyak pakar telah mengajukan teori masing-masing dengan gagasan yang lebih serupa. Solovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai  kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta  menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan. Kecerdasan emosional kalau dilihat dari konteks pekerjaan adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk cara cepat tepat menangani masalah. (Anthony Dio Martin, 2003 : 23)
Goleman (1997), mengatakan bahwa apabila seseorang pandai menyesuaikan dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial dan lingkungannya. Menurut Goleman kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. (Diakses bulan April  2007, http://www.e/psiko-logi.com /remaja/250402.htm)
Howes dan Herald (1999) mengatakan kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi, emosi manusia berada di wilayah dari perasaan yang paling dalam dari lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.(Diakses bulan April 2007, http://www.e/psikologi.com/remaja/ 250402.htm)
Agustian menyebutkan kecerdasan emosional dengan istilah akhlaqul karimah (Ari Ginanjar, 2001:199). Sarwono mendefinisikan emosi secara harfiah adalah setiap kegiatan dan pengelolaan fikiran, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap  Emosi juga menunjukkan suatu perasaan dan fikiran yang khas. Suatu keadaan biologis dan psikologis serta seringkali kecenderungan untuk bertindak. Emosi adalah kesadaran mental yang dipelajari berhubungan dengan obyek dan membawa kepada terdorongnya makhluk hidup untuk melakukan bermacam-macam tindakan yang berhubungan dengan obyek tertentu. Emosi dapat ditimbulkan karena sugesti yaitu proses pemudahan emosi dari seseorang yang mempengaruhi. (El Qussy, 1975:125).
Goleman mengemukakan tentang ciri-ciri emosi yaitu :
1. Respon yang cepat tetapi ceroboh. Pikiran emosional jauh lebih cepat daripada pikiran rasional, langsung bertindak tanpa mempertimbangkan bahkan sekejappun apa yang dilakukannya. Jose p De Doex, seorang ahli saraf di Center for neural science di New York University, merupakan orang yang telah berjasa menemukan pertama kali peran kunci amigdala dalam otak emosional. Penelitiannya menunjukkan bagaimana amigdala mampu mengambil alih kendali dan seluruh aktivitas manusia. Bahkan sewaktu reocorteks masih menyusun keputusan dalam mengambil jalan pintas dengan memutuskan untuk menghindari ancaman tanpa mengalami neokorteks.
2. Perasaan dan pikiran, karena pikiran rasional membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mendata dan menanggapinya daripada yang dibutuhkan oleh pikiran emosional, maka dorongan pertama adalah perasaan dalam situasi emosi yaitu dorongan hati, bukan kepala.
3. Realitas simbolik seperti kanak-kanak segi-segi dimana pikiran emosinya mirip dengan kanak-kanak adalah pikiran kategori dan bersifat pribadi.
4. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang. Apabila sejumlah dari sesuatu peristiwa nampak serupa dengan kenangan masa lalu yang mengandung muatan emosi, akal emosional menanggapinya dengan memicu perasaan-perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diingatnya itu.
5. Realitas yang ditentukan oleh keadaan kecerdasan emosional dengan bekerja akal emosional itu untuk sebagian besar ditentukan keadaan, ditekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat tersebut. (Daniel Goleman, 1995:419-420).

Menurut Nana Syaodih ada 4 ciri emosi yaitu : pertama, pengalaman emosional bersifat pribadi. Kehidupan seseorang individu tumbuh dari pengalaman dari emosionalnya sendiri. pengalaman emosional ini sangat subyektif dan bersifat pribadi, berbeda antara seseorang individu dengan individu lainnya. Ada perangsang-perangsang tertentu yang secara umum menimbulkan rangsangan emosional yang sama terhadap individu seperti rasa takut akan binatang buas, api, suara yang sangat keras. Demikian pengalaman sangat memegang peranan penting dalam pertumbuhan rasa takut, dan jenis-jenis emosi lainnya.
Kedua, adanya perubahan aspek jasmaniah. Pada individu menghayati suatu emosi, maka terjadi beberapa perubahan pada aspek jasmaniah. Perubahan-perubahan tersebut tidak selalu serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lain. demikian juga intensitas perubahan pada sesuatu aspek berbeda dengan aspek lain, dan pada seseorang individu jika sedang marah maka perubahan yang paling kuat terjadi pada debar jantungnya sedangkan yang lain pernafasannya. Dalam jenis emosi yang kuat seperti marah, takut, rangsangan seksual dan sebagainya, pekerjaan jantung dan tekanan darah mengalami perubahan. Debaran jantung bertambah kuat mengakibatkan jumlah darah dipompakan lebih banyak, hal itu akan meningkatkan tekanan darah. Pada waktu menghayati sesuatu emosi terjadi pula perubahan pernafasan.
Ketiga, emosi diekspresikan dalam perilaku. Emosi yang dihayati oleh seseorang diekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan suara atau bahasa. Seseorang yang sedang mengalami rasa takut atau marah akan dapat dilihat dalam gerak tubuhnya tetapi akan jelas nampak pada roman mukanya. Wajahnya yang memerah dengan raut muka yang tegang dan melotot, gigi gemeretak adalah ekspresi roman muka dari seaorang yang sedang marah. Ekspresi emosi juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar, dan kematangan. Orang-orang tuna netra pada umumnya kurang dapat mengekspresikan emosinya melalui roman muka, sebab mereka tidak pernah melihat roman muka orang lain.
Keempat, emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan. Begitu juga dengan emosi dapat mendorong sesuatu kegiatan apakah menjauhi atau mendekati suatu obyek yang memberikan rangsangan emosional. Seseorang yang sedang marah mungkin ingin memukul orang yang merangsang amarahnya, orang yang sedang takut menjauh atau mendekati suatu obyek yang ditakutinya. Emosi merupakan suatu motif, sebab keduanya berasal dari bahasa latin yag seakar yaitu motive dari movere yang berarti to move (menggerakkan) sedang emotion dari emovere yang berarti to move out off (bergerak keluar dari) keduanya berarti bergerak atau menggerakkan, (Nana Syaodih, 2003:81-82)
Menurut Goleman tingkat kecerdasan emosional tidak terkait dengan faktor genetik, tidak juga hanya berkembang pada masa kanak-kanak tidak seperti IQ yang berubah hanya sedikit melewati masa remaja. Kecerdasan emosional lebih banyak diperoleh lewat belajar dan terus berkembang sepanjang hidupnya, dan kecakapan dalam hal ini akan terus tumbuh (Stein, Howard, 2002:35). Pendidikan, pelatihan dan pengalaman sangat diperlukan untuk membangun atau mengembangkan kecerdasan emosional.

Menurut Goleman terdapat konsepsi yang keliru tentang kecerdasan emosional :
1. Kecerdasan emosional tidak hanya bersikap ramah tetapi sikap tegas yang barangkali memang tidak menyenangkan, tetap mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari.
2. Kecerdasan emosional berarti memberikan kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa untuk memanjakan perasaan-perasaan melainkan mengelola perasaan sedemikian sehingga terekspresi secara tepat dan efektif yang memungkinkan orang bekerja sama dengan lancar untuk menuju sasaran bersama (Daniel Goleman, 1995:29)

Pada bagian lain, Stain dan Book menyebutkan ciri-ciri lain dari kecerdasan emosional :
Kecerdasan emosional bukanlah bakat, yang terkait dengan kemampuan seseorang untuk berhasil dalam suatu ketrampilan atau kegiatan suatu disiplin tertentu.
Kecerdasan emosional bukan prestasi yang berhubungan dengan jenis kinerja tertentu, bukan seperti raport sekolah.
Kecerdasan emosional bukan minat terhadap suatu bidang pekerjaan, yang memusatkan kecenderungan-kecenderungan alamiyah atau kegemaran seseorang, daya tahan dan kemandirian dalam berfikir, merasa dan berperilaku. (Daniel Goleman, 1995:25).
Para ilmuwan sering membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu korteks (kadang-kadang disebut neokorteks)  sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurangi emosi yaitu sistem limbic.
Korteks adalah bagian berpikir otak dan berfungsi mengendalikan  emosi melalui pemecahan masalah, bahasa, daya cipta, dan proses kognitif lainnya. Sistem limbic merupakan bagian emosional otak. Sistem ini mjeliputi thalamus, yang  mengirimkan pesan-pesan ke korteks, hippocampus, yang berperan dalam ingatan dan penafsiran persepsi; dan amigdala, pusat pengendalian emosi. Efek atau suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi, yang sangat penting bagi perkembangan sifat - sifat manusia yang manusiawi (Diakses bulan April 2007,http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/30/musik-merupakan-stimulasi-ter-had.htm ).
Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain, menghayati pengalaman kehidupan dengan perasaan, adalah fungsi otak kanan, sedang kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dengan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran (blending antara otak kanan dan kiri itu). (diakses bulan April 2007, http://www. depdiknas. go.id/Jurnal/30/musik-merupakan-stimulasi-terhad.htm ).
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih positif. Seseorang dapat melakukan sesuatu dengan didorong oleh emosi, dalam arti bagaimana yang bersangkutan dapat menjadi begitu rasional di suatu saat dan  menjadi begitu tidak rasional pada saat yang lain. Dengan demikian, emosi mempunyai nalar dan logikanya sendiri. Tidak setiap orang dapat memberikan respons yang sama terhadap kecenderungan emosinya. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Daniel Goleman menggambarkan bahwa otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.
Jenis dan sifat emosi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  1. Amarah ; bringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan, sampai kepada kebencian bersifat patologis.
  2. Kesedihan: Pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat.
  3. Rasa takut; cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, khawatir, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, fobia, dan panik.
  4. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, dan batas ujungnya mania.
  5. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih.
  6. Terkejut; terkesima, takjub, terpana.
  7. Jengkel; hina, jijik, muak, mual, dan benci.
  8. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, aib, dan hati hancur lebur (Daniel Goleman,1995:411-422)
Kelompok-kelompok emosi tersebut di atas menurut Paul Ekman dari Universitas California, akan menampilkan ekpresi wajah yang universal di hampir seluruh etnik, artinya dari suku dan etnik manapun seorang yang mengalami berbagai jenis emosi di atas akan menampilkan ekspresi raut muka yang sama (Daniel Goleman, 1995:412).
Ada juga yang memberikan rujukan tentang kecerdasan emosional kepada ciri-ciri diri sendiri : empati, meluapkan dan memahami perasaan, mengawali perasaan marah, berdikari, kebolehan menyesuaikan diri dengan persekitaran, kebolehan menyelesaikan masalah pergaulan, persistensi yaitu sikap tidak mudah mengaku kalah, mudah mesra dan ramah, baik budi,  pandai menghormati diri sendiri dan orang lain. (Diakses bulan April 2007) http://www.epsikologi.com/emaja/250402.htm
Pada sistem lain, kecerdasan emosional bersumber pada suara hati, dan suara hati orang lain. Asma’al-Husna merupakan kunci dari kecerdasan emosional dalam mengembangkan ketegunan pribadi sekaligus ketangguhan sosial, dalam Asma’ al-Husna tersebut terdapat sifat-sifat Tuhan antara lain pengsih, penyayang, penyabar, pemaaf, penyantun, dan lain-lain (Ari Ginanjar, 2001:289).

 

Kemampuan-Kemampuan Dalam Kecerdasan Emosional

Para ahli mempunyai pendapat tentang hal-hal yang termasuk dalam kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan kecerdasan emosional. Beberapa diantaranya:  Daniel Goleman; menurutnya kemampuan kecerdasan emosional mencakup : 1) kemampuan  untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi prustasi; 2) Pengendalian dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan kesenangan; 3) mengutus suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan berdoa (Daniel Goleman, 1995:45).
Gardner menyatakan bahwa kemampuan mencakup : 1) mengenal emosi diri; 2) mengelola emosi; 3) memotivasi diri sendiri; 4) mengenali emosi orang lain; dan 5) membina hubungan (Daniel Goleman, 2002:61).
Menurut Solovey kemampuan kecerdasan emosional lima kemampuan dalam kecerdasan emosional, yaitu: Pertama,   Mengenali emosi diri. Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah (diakses bulan Maret 2007) http://www.e-psikologi.com/remaja/250402.htm)
Kedua, mengelola emosi (managing emotion). Pengendalian diri terhadap emosi sangatlah penting. Menurut Benjamin Franklin “Amarah itu tidak pernah tanpa alasan, tapi jarang yang memakai alasan benar”. Pemicu marah adalah dikarenakan perasaan terancam bahaya.  Ancaman itu bukan hanya bersifat ancaman fisik langsung melainkan sebagaimana sering terjadi, ancaman simbolik terhadap harga diri atau martabat, diperlakukan tidak adil atau dikasari, dicari maki atau diremehkan, prustasi sewaktu mengejar sasaran penting.
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri. (diakses bulan April 2007) http://www.e-psikologi.com/ remaja/250402.htm).
Ketiga, memotivasi diri sendiri (motivating oneself). Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional menahan diri terhadap kepuasan dan pengendalian dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : a) cara mengendalikan dorongan hati, b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) optimisme, dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada suatu obyek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya (diakses bulan April,2007) http://www.e-psikologi.com/remaja 250402.htm).
Keempat, mengenai emosi orang lain. Empati  merupakan kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri, merupakan “ketrampilan bergaul” dasar. Empati dibangun berdasarkan kesadaran, semakin terbuka kita pada emosi diri sendiri, semakin terampil membaca perasaan. Empati sering diungkapkan dengan isyarat, kemampuan berempati yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain ikut berperan dalam pergaulan arena kehidupan. (Diakses bulan April 2007) http://www.e-psikologi.com/remaja 250402.htm).
Kelima, membina hubungan. Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan ketrampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki ketrampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya ketrampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.  (Diakses bulan April 2007) http://www.e-psikologi. com/remaja 250402.htm).
Kemampuan  yang diajukan oleh pakar-pakar diatasnya memiliki orientasi sama yaitu kecerdasan emosional yang mencakup kemampuan sifat intra pribadi atau kesadaran diri, dan kemampuan antara pribadi atau kesadaran sosial. Kemampuan intra pribadi berupa:

1 - Kesadaran Diri

Kesadaran pribadi sebagai dasar kecerdasan emosional penting untuk ditumbuh-kembangkan hal ini upaya untuk mengontrol diri, sehingga tidak berlarut- larut atau terjebak dalam perbuatan yang menyimpang. Kesadaran diri pada remaja berkaitan dengan pencarian identitas diri. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, perkembangan identitas ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: 1) iklim keluarga, berkaitan dengan interaksi sosial. Emosi antar anggota keluarga, sikap dan perkataan orang tua terhadap anak; 2) tokoh idola, orang yang dipersiapkan oleh remaja sebagai figure yang memiliki posisi di masyarakat; 3) peluang pengembangan diri yaitu, kesempatan untuk melihat ke depan dan menguji diri dalam  setting kehidupan beragama. (Syamsu Yusuf, 2001:2002).
Menurut Steven J. Stein bahwa kesadaran diri merupakan kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang dirasakan, mengapa hal itu dirasakan dan mengetahui  penyebab munculnya perasaan tersebut.
Kesadaran diri juga merupakan kemampuan manusia mengerti dirinya sendiri yang memungkinkan dia menempatkan diri di dalam waktu (masa kini, masa lampau, masa depan). (Toto Tasmara,2001:160).
Mayer mengetakan bahwa kesadaran diri berarti waspada baik terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati. (Daniel Goleman, 1995: 64). Kesadaran diri bertaut pada konsep diri, adalah hubungan pribadi terhadap diri sendiri yang mencakup tiga aspek diantaranya:
1)   Kesadaran emosi, yaitu tahu tentang bagaimana pengaruh emosi terhadap kinerja seseorang dan kemampuan menggunakan nilai-nilai untuk memadukan pembuatan keputusan, dengan kecakapan ini akan menyadari emosi mana yang mereka rasakan dan mampu menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan mereka pikulkan. Perbuatan dan perkataan, mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran mereka.
2)   Penilaian diri yaitu perasaan yang tulus tentang kekuatan dan batas-batas pribadi, dan visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki, dan mampu untuk belajar dari pengalaman kecakapan lain meliputi sadar akan kekuatan dan kelamahannya. Menyampaikan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman, tulus bersedia menerima perspektif yang baru mau terus belajar dan mengembangkan diri dengan perspektif yang luas.
3)   Percaya diri adalah keberanian yang berasal dari kepastian tentang kemampuan nilai dan tujuan. Orang dengan kecakapan ini adalah berani tampil dengan keyakinan diri dan berani  menyatakan keberatannya. Berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan berani berkorban demi kebenaran, tegas, mampu membuat keputusan yang baik  kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. (Forum Kajian Agama:16-17).

 

2 - Kemandirian

Menurut Steven J. Sten, Kemandirian adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Orang yang mandiri mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat keputusan, tetap tidak juga mempertimbangkan pendapat orang lain sebelum akhirnya membuat keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri.
Kemandirian pada masa remaja diwujudkan dalam bentuk usaha untuk melepaskan mileu (lingkungan) orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya, menurut Eriksa menanamkan proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego. Pembentukan identitas yaitu perkembangan ke arah individualitas yang mantap, merupakan aspek yang penting dalam perkembangan berdiri sendiri, pada masa remaja terdapat keinginan untuk mandiri tersebut diwujudkan dengan menolak terhadap bantuan yang diberikan oleh para guru atau orang tua.

 

3 - Aktualisasi diri

Aktualisasi diri memperkenalkan kemampuan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang potensial, perwujudan potensi dapat dilakukan dengan mengembangkan berbagai kegiatan yang dapat menyenangkan dan bermakna, aktualisasi diri adalah proses berkesinambungan yang dinamis dengan tujuan mengembangkan kemampuan dari bakat secara maksimal dan berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri secara menyeluruh, kegairahan terhadap bidang yang diminati dan menambah semangat dan motivasi untuk terus memupuk minat itu. (Abdul Munir Mulkhan, 2000:95).
Maslow menyebutkan sifat khusus yang menggambarkan pengaktualisasian-pengaktualisasian diri.
1) Mengamati realitas secara efisien;
2) Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri, orang yang mengaktualisasikan diri menerima mereka, kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atau kesusahan;
3) Spintanitas kesederhanaan dan kewajaran. Seseorang mengaktualisasikan dengan tidak harus menyembunyikan emosi-emosi mereka, tetapi dapat memperhatikan emosi-emosi itu secara jujur;
4) Kebutuhan dan privasi dan independensi, orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian;
5) Aspirasi yang senantiasa segar, pengaktalisasiasn diri senasntiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu, bagaimanapun seringnya pengalaman itu berulang suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona dan kagum.
6) Minat sosial, pengaktualisasian diri memiliki perasaan empati dan apeksi yang kuat terhadap sesama manusia sifat kemampuan antar pribadi (Abdul Munir Mulkhan, 2000:95-96).

 

4 - Hubungan antar pribadi

Hubungan antara pribadi merupakan kemampuan membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang. Interaksi sosial maksudnya adalah saling memberi dan menerima. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi yang positif dicirikan oleh kepedulian pada sesama. Unsur kecerdasan emosional ini tidak hanya berkaitan dengan keinginan untuk membina persahabatan dengan orang lain. Tetapi juga dengan kemampuan merasa tenang dan nyaman berada dalam jalinan hubungan tersebut. Serta kemampuan memilih harapan positif yang menyangkut interaksi sosial. (Steven Howard, 2002:165).
Kesuksesan dalam melalukan hubungan antar pribadi diperlukan pula kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan wajar dan tenang. Sebaliknya kegagalan untuk melakukan penyesuaian diri dapat mengakibatkan sesama lari dari situasi atau akan mengalahkan perhatiannya kepada persoalan-persoalan lain. Sehingga lupa dengan kegagalan tersebut. (Yusuf Amir, 1955:331).
Bagi remaja penyesuaian diri yang paling sulit untuk dilakukan adalah dengan meningkatkan pengaruh kelompok sebaya, perubahan perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, dan nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan (Elizabeth, 1995:213).

 

5 - Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial merupakan kemampuan menunjuk bahwa anggota kelompok masyarakat yang dapat bekerja sama, berperan dan berkonstruktif, untuk kecerdasan emosional meliputi  tindakan secara bertanggung jawab, meskipun mungkin seseorang tidak mendapatkan keuntungan apapun secara pribadi, melakukan sesuatu untuk dapat bersama orang lain, bertindak sesuai dengan hati nurani, dan menjunjung tinggi norma yang berlaku dalam masyarakat. Orang yang memiliki rasa tanggung jawab sosial mempunyai kesadaran sosial dan sangat peduli pada orang lain. Kesadaran peduli pada orang lain. Kesadaran sosial dan kepedulian ini nampak dalam kemampuan memikul tanggung jawab sosial, memiliki kepekaan antara pribadi dan dapat menerima orang lain, serta dapat menggunakan bakatnya demi kebaikan bersama, tidak hanya demi diri sendiri orang yang tidak mempunyai tanggung jawab sosial akan menunjukkan sikap anti sosial, bertindak sewenang-wenang pada orang lain dan memanfaatkan orang lain (Stein, Howard E, 2002:213).

 

6 - Empati

Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain. (diakses  April 2007, http://www.e-psikologi. com/ remaja.htm ).
Empati dapat dibedakan sebagai berikut : a) empati kognitif adalah mengetahui emosi orang lain; b) empati partisipatoris adalah masuk dalam pengalaman subyektif orang lain; c) empati afektif yaitu melakukan sesuatu seolah-olah ia berada dalam proses orang itu artinya membangkitkan emosi orang lain atau memberi alternatif lebih baik. Adapun ciri-ciri empati adalah :
a)    Ikut meraih (sharing feeling) yaitu untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain;
b)   Dibangun berdasarkan atas kesadaran diri, semakin seseorang mengetahui emosi diri, semakin terampil ia membaca emosi orang lain;
c)    Peka terhadap bahasa isyarat karena emosi lebih sering diungkapkan melalui bahasa isyarat;
d)   Mengembil peran adalah empati melahirkan perilaku kongkrit;
e)    Kontrol emosi yang menyadari diri yang sedang berempati, tidak larut. (Depag. RI. Forum Kajian Agama dan budaya, Serta program D3 Fakultas Adab IAIN Sunak Kalijaga, Yogyakarta:42).
Menurut Daniel Goleman adaptasi memerlukan lima dasar kecakapan emosi dan sosial : Pertama, kesadaran diri. Mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kedua, pergaulan diri: Hasil dari pendidikan emosi ini adalah dapat mengenali perasaan yang timbul serta penyebabnya. Materi lain yang juga penting adalah mengetahui hubungan antara pikiran, perasaan dan perbuatan. Pikiran dapat menyebabkan timbulnya suatu perasaan dan perasaan mendasari adanya suatu perbuatan. Jadi walaupun sifatnya berlainan, namun ketiga hal ini sangat berkaitan erat satu sama lain, menangani emosi   sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi;  Ketiga, motivasi, menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun untuk menuju sasaran, membantu kiat mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan mengahadapi kegagalan dan frustasi. Keempat, empati. Kesadaran akan lingkungan  sekitar membutuhkan pengertian terhadap sesama, dalam arti mengetahui perasaan dan perspektif  orang lain. Contoh terbaik adalah dengan mendengarkan segala keluhan mereka tanpa terbawa oleh emosi pribadi. Siswa diharapkan mampu memberdakan antara perbuatan dan perkataan orang lain dengan pemikiran dan reaksi pribadi. Merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.  Kelima, ketrampilan sosial yakni menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berorientasi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama. Di dalam system otak ada suatu bagian yang disebut limbic (otak kecil), terletak di bawah tulang tengkorak di atas tulang belakang. Otak kecil ini ditemukan oleh para ilmuwan memiliki tiga fungsi yaitu mengontrol emosi, mengontrol seksualitas, dan mengontrol pusat-pusat kenikmatan.


Comments
Add New RSS


rahma   |202.43.181.xxx |2010-06-23 21:25:39
duh.......panjang banget sih tadz........

Write comment
Name:
Email:
 
Title:
:D:angry::angry-red::evil::idea::love::x:no-comments::ooo::pirate::?::(:sleep::););)):0


Please input the anti-spam code that you can read in the image.
Last Updated ( Friday, 07 January 2011 05:47 )  

Label

Blog Archive

Connect With Us

Instructions

Recomended

Label

Pengikut

About Me

Foto saya
yogyakarta, DIY, Indonesia
ayo belajar
Powered By Blogger

ARJUNA BELAJAR

belajar adalah mencari pengetahuan

Blog Archive

Cari Blog Ini

Pages