BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran ialah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pendidikan yang berasal dari interaksi sosial individu dengan masyarakat secara luas . Pembelajaran dimulai dari latihan secara kontinue dan juga bisa berasal dari pengalaman yang diterima. Pembelajaran bermula apabila seorang menerima sesuatu rangsangan pembelajaran dan mengolahnya mnggunakan pikiran (www.wikipedia.com//pengertian-belajar.html).
Berbagai macam teori pembelajaran diperlukan, terutama dalam melaksanakan proses pembelajaran, salah satunya teori kognitif. Teori ini memberikan banyak konsep dalam psikologi perkembangan dan berpengaruh pula pada perkembangan kecerdasan.
Teori ini membahas bagaimana seseorang tidak sekedar melibatkan hubungan stimulus dengan respon,tetapi juga memperhatikan pemahaman presepsi tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar, mengartikan interaksinya dengan tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara langsung.
Bagi para penganut teori kognitif , teori ini mengedepankan upaya memberikan pemahaman kepada siswa dalam mendapat informasi melalui proses internal yang mencakup ingatan, potensi, pengolahan, emosi, dan aspek-apsek kejiwaan lainnya.
Teori ini menerapkan modifikasi antara situasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh seseorang karena proses belajar akan berkesan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi beradaptasi dengan struktur kognitif yang dimiliki seseorang
Menurut Psikologi Kognitif, pengertian pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik mencapai struktur kognitif melalui pemahaman, sedangkan pengertian belajar adalah perubahan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat selama dia beraktivitas. Tokoh aliran ini adalah Piaget, David Ausubel, dan Jerome Brunner.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran menurut teori kognitif?
2. Siapa saja tokoh aliran teori belajar kognitif?
3. Mengapa teori belajar kognitif dipakai dalam mengatasi masalah belajar?
4. Bagaimana penerapan teori belajar kognitif dalam kegiatan pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian teori belajar kogntif.
2. Mengklasifikasi perbedaan pendapat teori belajar kognitif menurut para ahli.
3. Mengaplikasikan teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Kognitif
Belajar menurut teori kognitif, suatu aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan penerimaan informasi, re-organisasi perseptual dan proses internal. Teori belajar kognitif sudah banyak digunakan pada kegiatan pembelajaran yaitu dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi, dan tujuan pembelajaran. Kebebasan, keaktifan, kemandirian,dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Menurut C. Asri Budininngsih (Belajar dan Pembelajaran:48-49) kegiatan belajar mengikuti prinsip-prinsip berikut :
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap tertentu.
2. Anak usia playgroup dan awal sekolah dasar akan belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda yang nyata
3. Keaktifan siswa dalam proses belajar amat penting, karena hanya dengan keaktifan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Agar dapat menarik minat dan meningkatkan prestasi belajar perlu mengaitkan pengalaman/ masa lalu, informasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki.
5. Pemahaman akan meningkat jika materi pembelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana menuju komplek.
6. Perbedaan individu pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut contohnya motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dsb.
Teori belajar kognitif dianggap teori yang paling baik untuk mengembangkan potensi belajar anak, hal ini disebabkan teori ini menekankan keaktifan anak. Teori ini merubah pandangan anak yang dulu hanya berpandangan subyektif terhadap apa yang diamatinya akan berubah menjadi pandangan objektif melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, karena anak diberikan kebebasan dalam berpikir dan mengutamakan perkembangan kognitif melalui tahapan-tahapan tertentu
B. TEORI BELAJAR KOGNITIF MENURUT PARA AHLI
1. Teori Kognitif Jean Piaget (1896-1980)
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang didasari mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama beberapa abad. Dalam teorinya, Piaget membahas tentang bagaimana anak belajar, menurutnya dasar belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Interaksi anak dengan masyarakat merupakan peran penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Semakin bertambahnya usia seseorang maka susunan sel syaraf mereka akan semakin kompleks dan kemampuannya akan meningkat
Menurut Piaget, masyarakat menyesuaikan diri dengan dua cara:
a. Asimilasi
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.
b. Akomodasi
Akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
c. Disequilibrium dan Equilibrium
Penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Disequilibrium terjadi apabila proses akomodasi dimulai ketika pengetahuan baru yang dikenalkan tidak cocok dengan struktur kognitif ada. Sedangkan equilibrium terjadi apabila struktur kognitif ditata kembali dan disesuaikan dengan pengetahuan baru. Sehingga pengetahuan baru dapat diakomodasi dan selanjutnya diasimilasi menjadi urutan dari umum kerinci yang baru.
Menurut Piaget, anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil interaksi anak, Piaget mengembangkan empat skema yaitu:
a. Sensory Motor Stage (0-2 tahun)
Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan besar dalam kemampuan bayi untuk mengatur eskpresi (melihat dan mendengar) dan memanipulasi serta memindahkan objek pada tempat yang ia kehendaki melalui gerakan dan tindakan fisik.
b. Pra-Operational Stage (2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui objek beserta isinya, akan tetapi anak lebih cenderung memusatkan perhatiannya melalui objek tersebut.
c. Concrete Operational Stage (7-11 tahun)
Pada tahap ini anak melakukan penalaran logika menggantikan pemikiran intuisi sejauh pemikiran yang dapat diterapkan ke dalam contoh-contohnya yang spesifik dan nyata. Anak sudah menggunakan konsep kemungkinan
d. Formal Operational Stage (11-15 tahun)
Pada tahap ini individu melampui dunia nyata, pengalaman-pengalaman nyata dan berpikir secara abstrak dan logis.
Perlu diingat selalu bahwa setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya apabila tahap sebelumnya belum bisa diselesaikan, di setiap selesainya tahapan, umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu, hal ini disebabkan perbedaan perkembangan individu satu dengan yang lain.
2. Teori Kognitif Jerome Bruner (1966)
Bruner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan, terutama bahasa. Dalam bukunya Toward Theory of Instruction, menyatakan anak belajar melalui tiga tahap:
a. Enactive
Tahap dimana individu melakukan aktivitas yang berhubungan dengan usahanya memahami lingkungan dengan menggunakan pengetahuan motorik atau gerak
b. Iconic
Tahap dimana individu memahami lingkungannya melalui gambar dan visualisasi verbal atau berbicara.
c. Symbolic
Tahap individu memahami lingkungannya melalui gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika.
Dalam konteks lain Teori Burner juga menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar. Menurut “Discovery Learning” yaitu siswa mengorganisasi metode penyajian bahwa dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan, sesuai tingkat kemampuan anak.
The Act of Discovery (Bruner)
a. Adanya suatu kenaikan dari dalam potensi intelektual
b. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrensik
c. Murid mempelajari ‘Bagaiman menemukan sistem belajar baru?”
d. Murid lebih senang mengingat informasi
3. Teori Kognitif David Ausubel
Teori belajar dari David Ausubel dikenal dengan “Belajar Bermakna” atau Meaningfull Learning, Artinya, bahwa yang dipelajari anak memiliki fungsi bagi kehidupannya. Menurut Ausubell, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam bayangan yang telah dimiliki. Dalam proses itu seseorang dapat mengembangkan bayangannya yang ada atau mengubahnya. Dalam proses belajar, siswa membangun apa yang dia pelajari sendiri
a. Langkah – langkah pembelajaran menurut Ausubel:
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Melakukan indentifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi,
gaya belajar)
3) Memilih materi pelajaran yang sesuia dengan karateristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep
4) Menentukan topic-topik dan menampilkannya dalam bentuk Advance Organizer yang akan dipelajari siswa
5) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
b. Dua hal yang perlu diperhatikan agar belajar menjadi lebih bermakna:
1) Materi yang dipelajari haruslah merupakan materi yang bermakna, sesuai dengan struktur kognitif siswa
2) Aktivitas belajar semestinya berlangsung dalam kondisi belajar yang bermakna
Dalam konteks demikian aspek motivasional menjadi sangat penting, sebab tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru jika siswa tidak memiliki pengetahuan bagaimana melakukannya? Meskipun kedua syarat tersebut telah terpenuhi, namun dalam belajar belum bermakna, karena masih diperlukan adanya advance orginizer, yaitu kerangka abstraksi atau ringkasan konseptual dari apa yang dipelajari.
Bagi Ausubel advance organizer dapat memberikan tiga manfaat penting:
a. Dapat menyediakan suatu kerangka konsep untuk materi yang akan dipelajari
b. Berfungsi sebagai mnemonic (jembatan penghubung) anatara apa yang sedang dipelajari saat ini dengan apa yang akan dipelajari siswa
c. Mampu membahas siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah
C. Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Metode belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu SQ3R, rumus ini bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar referensi: http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/teori-belajar-psikologi-kognitif.html . SQ3R diartikan sebagai berikut:
1. Survey diartikan meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks
2. Question diartikan menyusun daftar pertanyaan
3. Read diartikan membaca berbagai referensi untuk mencari jawaban
4. Recite diartikan menghafal setiap jawaban
5. Review diarikan sebagai mengulang kembali seluruh jawaban
Proses belajar akan berjalan baik bila materi – materi belajar yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa. Materi pembelajaran sangat penting dan harus dipersiapkan agar pelakasanaan pembelajaran saaat mencapai sasaran. Mulai dari materi fakta, konsep, prinsip, prosedur dan sikap.
Komponen yang diperlukan yakni sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun murid dalam mempelajari materi pelajaran sehingga memudahkan murid dalam memahami materi.
Secara umum sumber belajar dapat berupa media cetak berupa buku, majalah, koran yang sesuai dengan materi yang sedang dibahas di kelas. Media elektronik seperti komputer, TV, radio yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Prakteknya adalah sebagai berikut
a) Guru menyusun materi dengan menggunakan pola dn logika tertentu dari sederhana ke kompleks
b) Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada hanya sekadar menghafal.
c) Memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif
1. Kelebihan Teori Kognitif :
a. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving).
b. Dapat meningkatkan motivasi.
2.. Kekurangan Teori Kognitif:
Karena guru bukan sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang dituntut dalam refleksi atas apa yang telah di perintahkan dan dilakukan oleh guru. Maka dalam hal ini kewibawaan guru akan berkurang yang berdampak pada penghormatan seorang siswa kepada seorang guru juga akan berkurang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori kognitif adalah teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Pada teori kognitif, belajar diartikan sebagai perubahan pemahaman dan persepsi yang tidak selalu berbentuk tingkah laku manusia yang nampak. Teori kognitif juga lebih menekakan model belajar yang perseptual (Teori Belajar dan Pembelajaran: C. Asri Budiningsih).
B. SARAN
Aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar dengan memperhatikan seorang siswa berada pada tahap apa atau memperhatikan perkembangan struktur kognitif siswa.
Teori kognitif juga dapat diterapkan dengan baik jika meteri belajar atau pengetahuan baru dapat beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C.A. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
H, Djali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
H, Djali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
M, Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Muhibin, Syah. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/teori-belajar-psikologi-kognitif.html
http: //neozonk.blogspot.com/2008/02/teori belajar.html
http: //wikipedia.com
www.blogcatalog.com/.../5a711cb251d6876313127e3461f500a6 - Tembolok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar