BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat yang bertaqwa kepada Allah, akhlak menjadi tolak ukur seseorang dalam ketaqwaannya kepada Allah. Bukan hanya keimanannya dalam menjalankan perintah dan larangannya, akhlak melekat kepada orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah.Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan.Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq).
Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahu ‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali). Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam : “ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419).
Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.
B. Rumusan Masalah
a) Apa Pengertian dari Akhlaq ?
b) Apa ciri dari Akhlaq ?
c) Apa yang dimaksud Ilmu Akhlaq ?
d) Apa Ruang Lingkup Akhlaq ?
C. Tujuan Penulisan
Agar kita mengetahui Pengertian dari Akhlaq, dapat mengidentifikasikan cirri Akhlaq dan mengetahui yang dimaksud Ilmu Akhlaq serta kita mengerti Ruang lingkup Akhlaq.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlaq
Akhlaq adalah lafadz yang berasal dari bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berasal dari kata khalaq yang berarti menciptakan, yang seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq artinya yang diciptakan, dan kahlq artinya ciptaan.
Dari pengertian tersebut, memberi informasi bahwa akhlaq, selain merupakan tata aturan atau norma-norma perilaku tentang hubungan antara sesama manusia, juga merupakan norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan yang maha pencipta, bahkan hubungan dengan alam sekitarnya.
Adapaun akhlaq menurut beberapa ulama antara lain, menurut :
# Imam Al-Ghazali
“Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
# Ibrahim Anis
“Akhlaq adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikir dan dipertimbangkan lebih dahul”.
Dari keempat pengertian di atas dapat dipahami bahwa akhlaq adalah merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang dapat menimbulkan gerakan, perbuatan, tingkah laku secara spontan, gampang atau mudah pada saat dibuthkan tanpa memerlukan pemikiran atau perimbangan terlebih dahulu dan tidak memerlukan dorongan dari luar.
Akhlaq adalah gambaran atau bayangan dari jiwa seseorang, mereka berbuat, bertindak, atau bertingkah laku berdasarkan apa yang tertanam dalam jiwanya dan telah menjadi kebiasaan setiap hari tanpa ada pengaruh atau dorongan dari pihak lain, mereka melakukan secara spontan tanpa pertimbangan pikiran sebelumnya.
Untuk melekatkan akhlaq yang mulia pada diri seseorang, harus terlebih dahulu dilakukan pembersihan diri dari hal-hal sebagai berikut :
- Dosa dan kesalahan melalui taubat dan istighfar kepada Allah
- Sifat-sifat yang tercela, yang melekat pada dirinya melalui latihan dan pembiasaan yang berkesinambungan.
B. Ciri Akhlak
a) Akhlak Rabbani
Ajaran akhlak dalam islam bersumber pada al-quran dan as-sunnah . terdapat 1.500 ajaran akhlak, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Sifat Rabbani dari akhlak berkaitan dengan tujuan, yakni memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akherat. Ciri rabbani menegaskan bahwa akhlak bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Akhlak rabbani mampu menghindari dari kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia.Di dalam al-quran juga disebutkan pada surat An’am ayat 153, yang artinya“ Inilah jalanku yang lurus : hendaknya kamu mengikutinya ; jangan ikut jalan-jalan lain; sehingga engkau bercerai berai dari jalan-Nya. Demikian diperintahkan kepadamu, agar kamu bertaqwa”.
b) Akhlak Manusiawi
Ajaran akhlak dalam islam sejalan dalam memenuhi tuntunan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan ajaran akhlak dalam islam. Ajaran akhlak dalm islam diperuntuhkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalm arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlak islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksisitensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya.
c) Akhlak Universal
Ajaran akhlak dalam islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencangkup segala aspek hidup manusia, baik dimensi vertical maupun horizontal. Contohnya al-Quran menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yakni :
a. Menyekutukan Allah,
b. Durhaka kepada kedua orang tanpa alasan yang sah,
c. Membunuh anak karena takut miskin,
d. Berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi,
e. Membunuh orang tanpa alasan yang sah,
- Makan harta anak yatim,
- Mengurangi takaran dan timbangan,
- Membebani orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatannya,
- Persaksian tidak adil,
- Mengkhianati janji dengan Allah (Qs, al-An’am, 6:151-152).
d) Akhlak Keseimbangan
Akhlak dalm islam berada ditengah diantara dua sisi. Di satu sisi mengkhayalkan sebagai malaikat yang menitikberatkan pada sifat kebaikannya dan di sisi lain mengkhayalkan manusia sebagai hewan yang menitikberatkan pada sifat keburukannya. Manusia menurut pandangan islam memiliki dua kekuatan, yakni kekuatan baik yang berada pada hati nurani dan akalnya, dan kekuatan buruk yang berada pada hawa nafsunya. Manusia memiliki unsure ruhaniah malaikat dan juga unsure naluriah hewani yang masing-masing memerluka pelayanan secara seimbang.Akhlak islam memenuhi tuntutan hidup kebutuhan manusia jasmani dan rohani secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan di akhera secara seimbang pula. Bahkan memenuhi tuntutan keseimbangan memenuhi kebutuhan hidup pribadi dengan memenuhi kewajiban hidup bermasyarakat. Rasullullah membenarkan ucapan Salamn kepada Abu Darha :“Sesungguhnya Tuhanmumempunyai hak yang wajib kau penuhi : dirimu mempunyai hak yang wajib kau penuhi; pasanganmu mempunyai hak wajib kau penuhi; berikanlah orang-orang yang mempunyai hak akan haknya.” (HR. Bukhari).
e) Akhlak realistis
Ajaran akhlak dalam islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meski manusia dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan disbanding makhluk-makhluk lainnya, akan tetapi manusia juga memiliki kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Dengan kelemahan-kelemahannya itu manusia sangat mungkin melakukan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran. Oleh karena itu dal ajaran islam memberikan kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat. Bahkan dalam keadaan terpaksa, islam membolehkan manusia melakukan sesuatu yang dalam keadaan biasa tidak dibenarkan. Allah berfirman dalam Qs, Al-Baqarah, 2:173: tiadalah dia berdosa. Sungguh Allah maha pengampun lagi maha penyayang”.
C. Ilmu Akhlaq
Banyak definisi yang ditawarkan untuk ilmu Akhlak. Sebagian ulama menekankan unsur pengetahuan, dan menyatakan bahwa ilmu Akhlak adalah pengenalan terhadap kemulaiaan akhlak dan kebejatannya. Muhaqqiq Thusi mengatakan bahwa ilmu Akhlak yaitu pengetahuan tentang bagaimana jiwa manusia menyandang suatu karakter yang memuliakan seluruh tindakan yang dilakukan atas dasar kehendak.Definisi serupa dibawakan oleh seorang pemikir Barat.
Dengan merujuk pada asal kata Latinnya, ia merumuskan bahwa ilmu akhlak adalah pengetahuan tentang tradisi, adat istiadat dan sifat-sifat manusiawi.Adapula sebagian definisi yang menekankan tindakan, bahwa ilmu akhlak yaitu telaah atas prilaku manusia sebagaimana mestinya. Di sini ilmu akhlak berfungsi sebagai sarana untuk menyempurnakan prilaku manusia dan menyodorkan kebaikan.Definisi “pengetahuan tentang bagaimana hidup dan bagaimana seharusnya hidup” lebih menekankan aspek praktis ketimbang aspek kognitif ilmu akhlak.
Secara lebih komprehensif, ilmu akhlak bisa didefinisikan sebagai pengetahuan tentang macam-macam sifat baik dan buruk, cara menyandang sifat baik dan membersihkan sifat buruk. Dan, subjek ilmu akhlak yaitu sifat-siaft baik dan buruk yang berkaitan dengan tindakan sengaja manusia, dan yang bisa diperoleh atau dihindari. Selain pengenalan atas berbagai macam kemualiaan dan kebejatan akhlak, ilmu akhlak juga membahas metode-metode menemukan sifat baik dan membersihkan sifat buruk. Naraqi menyimpulkan bahwa ilmu akhlak yaitu pengetahuan tentang sifat-sifat baik dan buruk dan tentang cara mendapatkan sifat baik serta membebaskandiri dari sifat buruk.
D. Ruang Lingkup Akhlaq
Adapun ruang lingkup akhlaq menurut Abdullah Draz ada lima bagian yaitu :
- Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang dibolehkan dan Akhlaq dalam keadaan darurat
- Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang dengan anak, kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
- Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan Kaedah-kaedah adab.
- Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat dan hubungan luar negeri.
- Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
Berangkat dari sistematika di atas, sedikit modifikasi, maka penulis membagi pembahasan akhlaq menjadi :
- Akhlaq terhadap Allah SWT.
- Akhlaq terhadap Rasulullah SAW.
- Akhlaq pribadi
- Akhlaq dalam keluarga
- Akhlaq bermasyarakat dan
- Akhlaq bernegara
Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting dalam kehidupan, seperti terlihat dalam beberapa poin berikut ini :
Rasulullah SAW. Menempatkan penyempurnaan akhlaq, yang mulia sebagai misi pokok Risalah Islam, sebagai sabdanya :“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. (HR. Baihaqi). Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah pernah mendefinisikan agam dengan akhlaq yang baik, sebagaimana sabda beliau.Terjemahannya :
“Ya Rasulullah, apakah agama itu ? beliau menjawab : agama itu adalah akhlak yang baik”.
Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Rasulullah SAW. Menjadikan baik buruknya akhlaw seseorang sebagau ukuran kualitasnya. Islam menjadikan akhlaw baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.Nabi Muhammad SAW. Selalu berdoa agar Allah SWT. Membaikkan akhlaq beliau.
Perbuatan Baik dan Buruk
Yang dimaksud perbuatan baik adalah :
- Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan
- Sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya.
- Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan
- Sesuatu dengan sesuai dengan keinginan yang bersifat berfitrah
- Sesuatu hal yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia.
Adapun yang dimaksud dengan perbuatan buruk adalah :
- Sesuatu yang tidak baik, tidak seperti seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, di bawah standart, kurang dalam nilai dan tidak mencukupi.
- Sesuatu yang keji, jahat, tidak bermoral dan tidak menyenangkan
- Adalah segala sesuatu yang tercela, karena melanggar norma-norma atau aturan-aturan menurut yang ditetapkan oleh syara’ (agama).
Ukuran Baik dan Buruk
Persepsi Manusia Tentang Baik dan Buruk
Banyak orang yang berselisih pendapat untuk menilai suatu perbuatan, ada yang melihatnya baik dan ada yang melihatnya buruk. Dipandang baik oleh suatu masyarakat atau bangsa dipandang buruk yang lain. Dipandang baik pada waktu ini dinilai buruk pada waktu yang lain.
Selanjutnya dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain memperhatikan nilai yang mendasarinya, kriteria lain yang harus diperhatikan adalah cara melakukan perbuatan itu. Meskipun seseorang mempunyai niat baik, tetapi lakukan dengan cara yang salah, dia dinilai tercela karena salah melakukannya, bukan tercela karena niatnya. Kadang-kadang tercelanya manusia itu dapat berpangkal dari keyakinan yang salah, bukan karena niatnya.
Dari uraian di muka tentang tingkah laku manusia dapat diketahui bahwa element-element pokok yang perlu diperhatikan padanya adalah :
- Kehendak (Karsa), yakni sesuatu yang mendorong yang ada di dalam jiwa manusia.
- Manifestasi dari kehendak, yaitu cara dalam merealisir kehendak tersebut. Barangkali hal ini dapat disamakan dengan ungkapan karya, yakni perbuatan dalam mewujudkan karsa tadi. Kalau karsa dan karya menjadi satu, maka bisa dipastikan adanya aktivitas yang tidak kecil artinya.
Selanjutnya untuk menialai baik buruknya niat dan cara seseorang dalam melakukan perbuatannya haruslah berdasarkan ajaran Islam sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS. An-Nisa (4) : Terjemahannya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan oramg-orang yang memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan perndapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebi utama bagi kamu dan lebih baik akibatnya”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlaq adalah lafadz yang berasal dari bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berasal dari kata khalaq yang berarti menciptakan, yang seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq artinya yang diciptakan, dan kahlq artinya ciptaan. Adapun ciri akhlaq yaitu Akhlak Rabbani, Akhlak Manusiawi, Akhlak Universal, Akhlak Keseimbangan dll. ilmu akhlak adalah pengetahuan tentang tradisi, adat istiadat dan sifat-sifat manusiawi.Adapula sebagian definisi yang menekankan tindakan, bahwa ilmu akhlak yaitu telaah atas prilaku manusia sebagaimana mestinya. Adapun ruang lingkup akhlaq menurut Abdullah Draz ada lima bagian yaitu :
- Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang dibolehkan dan Akhlaq dalam keadaan darurat
- Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang dengan anak, kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
- Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan Kaedah-kaedah adab.
- Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat dan hubungan luar negeri.
- Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
B. Saran
Sebaiknya sebagai hamba Allah kita Harus memperhatikan akhlak baik akhlak pribadi, universal, keseimbangan dll. Untuk menyempurnakan keimanan dan ketaqwaan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat, ajat.Dkk. 2008. Din Al- Islam . Yogyakarta : UNY Press
rasa nyaman bacanya
BalasHapusAgen Sbobet Terpercaya
BalasHapusSitus Slot Terpercaya
BalasHapusAgen Slot Terpercaya