Senin, 14 Maret 2011

Komik Sebagai Media Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Salah satu media hiburan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah komik, mungkin tak pernah kita sadari bahwa masa kecil kita tidak terlepas dari media visual yang satu ini. Kita dapat belajar banyak dalam komik yaitu belajar mambaca,memahami cerita dengan cara visualisasi dan mengenal warna.
Komik pun dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam dunia pendidikan karena komik dapat dirancang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam hal ini komik berfungsi sebagai penyampai pesan pembelajaran dengan media visual yang dikemas semenarik mungkin agar siswa atau peserta didik lebih tertarik untuk belajar.
Media pembelajaran adalah salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, karena melalui medialah pesan pembelajaran dapat disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Untuk mewujudkan efektivitas dalam belajar dan mengajar maka harus memperhatikan bagaimana pesan pembelajaran tersebut dirancang agar siswa merasa tertarik untuk belajar.
Kadang peserta didik merasa bosan dalam belajar atau dalam memperhatikan pendidik menyampaikan materi pelajaran karena pesan atau materi pelajaran tidak dikemas semenarik mungkin bahkan hanya melalui ceramah,tulisan-tulisan di papan tulis dan dengan cara yang tidak efisien lainnya, oleh karena itu peran komik dalam penyampaian pesan pembelajaran sangat diperlukan.
                                                                       
B.   Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian komik ?
2.      Apa saja jenis-jenis komik ?
3.      Apa kelebihan komik sebagai media pembelajaran ?
4.      Apa kelemahan komik sebagai media pembelajaran ?
5.     Bagaimana komik dirancang sebagai media pembelajaran ?

C.   Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian dari komik
2.      Mengklasifikasikan jenis-jenis komik
3.      Mengerti kelebihan dan kekurangan dari komik sebagai media pembelajaran
4.      Mengetahui bagaimana komik dirancang sebagai media pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Komik
Komik adalah sebuah media yang menyampaikan cerita dengan visualisasi atau ilustrasi gambar, dengan kata lain komik adalah cerita bergambar, dimana gambar berfungsi untuk pendeskripsian cerita agar si pembaca mudah memahami cerita yang disampaikan oleh si pengarang.
Biasanya komik sangat digemari oleh orang-orang yang mempunyai tipe belajar visual karena dalam komik suatu cerita disampaikan dengan dominasi gambar yang sangat menonjol. Kadang komik bersifat menghibur sehingga kalangan penggemar komik adalah anak-anak dan remaja.
Komik yang sering kita temukan adalah komik-komik yang bercerita superhero, cerita kartun dan legenda. Akan tetapi komik pun dapat dirancang dengan gagasan yang berisi materi atau nilai-nilai yang positif yaitu berisi tentang nilai-nliai sosial, budaya, agama dan ekonomi.
Komik mempunyai unsur dasar visual yaitu komik dapat dipakai sebagai alat penyampai pesan yang berisi arti dan makna sehingga terjadi komunikasi visual antara pesan yang disampaikan oleh komik tersebut dengan si pembaca melalui daya imajinasinya.
B.   Jenis Komik
1.      Komik karikatur
Komik karikatur biasanya hanya berupa satu tampilan saja, dimana di dalamnya bisa terdapat beberapa gambar yang dipadu dengan tulisan-tulisan. Biasanya komik tipe kartun/karikatur ini berjenis humor (banyolan) dan editorial (kritikan) atau politik (sindiran) dapat menimbulkan sebuah arti sehingga si pembaca dapat memahami maksud dan tujuannya. Bisa dilihat pada surat kabar maupun majalah yang menampilkan gambar kartun/karikatur dari sosok tokoh tertentu.

2.      Komik Strip
Komik Strip (Strip comics) adalah sebuah gambar atau rangkaian gambar yang berisi cerita. Komik Strip ditulis dan digambar oleh seorang kartunis, dan diterbitkan secara teratur (biasanya harian atau mingguan) di surat kabar dan di internet. Biasanya terdiri dari 3 hingga 6 panel atau sekitarnya. Penyajian isi cerita juga dapat berupa humor/banyolan atau cerita yang serius dan menarik untuk disimak setiap periodenya hingga             tamat.
Contoh komik strip yang populer di Indonesia di antaranya Benny & Mice. Benny & Mice adalah sebuah seri strip komik yang terbit setiap minggu di harian Kompas. Strip komik ini mengambil latar keadaan kota Jakarta yang Metropolitan. Komik yang dikarang oleh Muhammad Misrad dan Benny Rachmadi ini banyak melakukan kritik sosial kepada penduduk Jakarta dari berbagai kalangan. Kedua tokohnya, yaitu Benny & Mice sebenarnya merupakan gambaran diri dari kedua pengarang sendiri. Komik ini bergaya hiperbolik. Kisah kartun Benny & Mice diambil dari realitas sosial di sekitar kedua            pengarangnya.
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, mengatakan bahwa kartun Benny & Mice sebenarnya adalah bagian dari tradisi kritik kebudayaan yang disampaikan dengan bahasa sopan namun menggelitik dan membuat orang berpikir.

3.      Buku Komik
Rangkaian gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam bentuk sebuah buku (terdapat sampul dan isi). Buku Komik (Comic Book) ini sering disebut sebagai komik cerita pendek, yang biasanya dalam Buku Komik berisikan 32 halaman, biasanya pada umumnya ada juga yang 48 halaman dan 64 halaman, dimana didalamnya berisikan isi cerita, iklan, dan lain-lain.
Pembagian Buku Komik
a.       Komik Kertas Tipis (Trade Paperback)
Buku komik ini berukuran seperti buku biasa, tidak terlalu lebar dan besar. Walau berkesan tipis namun bisa juga dikemas dengan menggunakan kualitas kertas yang baik/bagus sehingga penampilan/penyajian buku ini terlihat menarik. Apalagi dengan gambar dan warna yang cantik, membuat buku komik ini sangat digemari.
b.      Komik Majalah (Comic Magazine)
Buku komik berukuran seperti majalah (ukuran besar), biasanya menggunakan tipe kertas yang tebal dan keras untuk sampulnya. Dengan ukuran yang besar tersebut tentunya dengan 64 halaman misalnya, bisa menampung banyak gambar dan isi cerita. Contoh : komik Tintin, Asterix dan Obelix.
c.       Komik Novel Grafis (Graphic Novel)
Biasanya isi ceritanya lebih panjang dan komplikasi serta membutuhkan tingkat berpikir yang lebih dewasa untuk pembacanya. Isi buku bisa lebih dari 100 halaman. Bisa juga dalam bentuk seri atau cerita putus.
d.      Komik Tahunan (Comic Annual)
Bila pembuat komik sudah dalam skup penerbit yang serius, si penerbit akan secara teratur/berskala (misalkan setiap tahun atau setiap beberapa bulan sekali) akan menerbitkan buku-buku komik baik itu cerita putus maupun serial. Contoh: Dalam negeri : M&C Gramedia, PMK, Mizan, Terant, BumiLangit, Jagoan Comic, dan sebagainya. Luar negeri : Marvel Comics, DC Comics, etc.
e.       Album Komik (Comic Album)
Para penggemar bacaan komik baik itu komik karikatur maupun komik strip dapat mengkoleksi (hasil guntingan dari berbagai sumber media bacaan), dimana hasil koleksiannya dikumpulkan dan disusun rapih (pengkripingan) menjadi sebuah bundelan/album bacaan.
f.       Komik Online (Webcomic)
Selain media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan buletin, media Internet juga dapat dijadikan sarana dalam mempublikasikan komik-komik. Dengan menyediakan situs web maka para pengunjung/pembaca dapat menyimak komik. Dengan menggunakan media Internet jangkauan pembacanya bisa lebih luas (diseluruh dunia yang memiliki koneksi internet dapat mengaksesnya) dari pada media cetak. Komik Online bisa dijadikan langkah awal untuk mempublikasikan komik-komik dengan biaya yang relatif lebih murah dibanding media cetak. Contoh: www.gibug.com dan www.kaptenbandung.com.
g.      Buku Instruksi dalam format Komik (Instructional Comics)
Tidak sedikit sebuah panduan atau instruksi sesuatu dikemas dalam format Komik, bisa dalam bentuk Buku Komik, Poster Komik, atau tampilan lainnya. Pengguna/Pembaca akan lebih mudah cepat mengerti bila melihat alunan gambar dari pada harus membaca prosedur-prosedur dalam bentuk tulisan. Selain itu dapat menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
h.      Rangkaian Ilustrasi (Storyboard)
Biasanya didalam dunia perfilman maupun periklanan, sebelum melangkah dalam pembuatan film/iklan akan lebih mudah bekerjanya bila dibuatkan rangkaian ilustrasinya terlebih dahulu, biasanya rangkaian ilustrasi ini dibuat dalam bentuk gambar, dan sudah tentu rangkaian ilustrasi gambar tersebut disusun menjadi sebuah rangkaian yang bisa disebut komik. Namun tidak usah jauh-jauh kedalam dunia perfilman/iklan, sebelum para komikus membuat komik sudah pasti terlebih dahulu membuat sebuah rangkaian ilustrasi (Storyboard) nya, setelah itu baru diproses penggambaran, penintaan, pewarnaan dan penataan tampilan (layout).
i.        Komik Ringan (Comic Simple)
Biasanya jenis komik ini terbuat dari hasil cetakan kopian dan steples (buatan tangan). Hal ini dimana pemilik dan pembuat komik dengan biaya yang rendah turut dapat menciptakan komik-komik dan berkarya, cara ini digunakan sebagai alternatif cara untuk turut berkarya kecil-kecilan, bisa dijadikan langkah awal bagi para komikus.Contoh: Kakek Bejo (pragatcomic.com)
j.        Perencanaan dalam pikiran (Planning On Mind)
Cukup sering bila kita ingin melakukan sesuatu, terlebih dahulu kita membayangkan apa-apa saja yang akan kita lakukan nantinya (persiapan). Dengan bayangan-bayangan dalam pikiran tersebut sebenarnya sudah menjadi rangkaian gambar-gambar yang mana bisa juga disebut juga sebagai Komik, hanya saja gambar-gambar tersebut tidak tertuang dalam coretan diatas kertas melainkan tergambar didalam pikiran kita.

C.   Kelebihan Komik sebagai Media Pembelajaran
Metode  mengajar seorang pendidik dalam menyampaikan pesan pembelajaran sangatlah terbatas dan sangat monoton. Hanya sebatas ceramah, tanya jawab, diskusi dan simulasi sehingga pengalaman belajar yang didapatkan peserta didik sangat tidak variatif dan merasa belum memahami pesan yang disampaikan oleh pendidik.
Bukan hanya itu, komik pun dapat menarik semangat siswa untuk belajar dan mengajari siswa untuk menerjamahkan cerita ke dalam gambar bahkan seolah-seolah siswa dihadapkan pada konteks yang nyata sehingga muncul efek yang membekas pada siswa dan dapat mengingat sesuatu lebih lama.
Materi yang terdapat di dalam komik dapat dijelaskan secara sungguh-sungguh, yang artinya bahwa materi yang berbentuk gambar dapat menjelaskan keseluruhan cerita atau materi yang dibarengi oleh ilustrasi gambar untuk  mempermudah siswa dengan mengetahui bentuk atau contoh kongkret apa maksud dari materi tersebut.
Hutchinson (1949) menemukan bahwa 74% guru yang disurvei menganggap bahwa komik "membantu memotivasi", sedangkan 79% mengatakan komik "meningkatkan partisipasi individu" . Satu guru bahkan mengatakan bahwa komik membuat pembelajaran menjadi "pembelajaran yang sangat mudah" (Hutchinson, 1949). DC Comics, Thorndike, dan Downes juga menemukan bahwa komik juga mampu memotivasi siswa ketika mereka memperkenalkan buku latihan bahasa Superman ke kelasnya. Mereka menemukan bahwa siswa memiliki “ketertarikan yang tak biasa” dan, sebagaimana ditulis’ “mampu membuat siswa menyelesaikan tugas yang seharusnya diselesaikan dalam satu minggu menjadi satu hari saja” (Sones, 1944).
Sones’ (1944) yang berkesimpulan bahwa kualitas gambar komik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran: Sones membagi empat ratus siswa kelas enam sampai kelas Sembilan kedalam dua kelompok. Masing – masing kelompok seimbang dalam pembagian kelas dan kecakapannya. Kelompok pertama disuguhi pembelajaran cerita dengan menggunakan komik dan yang kedua hanya menggunakan teks saja. Setelah itu, mereka dites untuk mengetahui isi dari pembelajaran cerita itu. Setelah seminggu, prosesnya diubah, kelompok pertama disuguhi teks saja sedang yang kedua diberikan komik. Kemudian kedua grup dites lagi. 
Akhirnya, Sones (1944) berkesimpulan bahwa "pengaruh gambar terlihat dalam hasil tes". Tes pertama menunujukkan bahwa kelompok pertama mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok kedua. Di tes kedua kelompok kedua mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok pertama.  
Kelebihan komik masih banyak lagi antara lain Anda tentu tahu poster alfabet yang dilengkapi dengan gambar-gambar. Itu merupakan salah satu contoh pemanfaatan gambar untuk memperkenalkan suatu konsep tertentu, dalam hal ini alfabet. Masih ingat komik Doraemon? Karakter karya Fujiko F. Fujio ini termasuk paling dicintai anak-anak. Beberapa tahun yang lalu, komik Doraemon edisi belajar berhitung juga diterbitkan. Komik-komik seperti ini tentu sangat bermanfaat dan menolong karena menghadirkan nuansa belajar yang menyenangkan bersama tokoh kesayangan.
Komik yang memperkenalkan lingkungan dan alam sekitar juga sangat bermanfaat bagi anak-anak. Anda tidak mungkin membawa anak-anak ke masa dinosaurus untuk memperkenalkan mereka kepada Tyranosaurus, misalnya. Anak-anak pun bisa diperkenalkan pada berbagai jenis tumbuhan dan hewan melalui komik. Komik pun dapat di gunakan sebagai sarana memperkenalkan firman Tuhan, Dulu ada enam seri komik Alkitab Bergambar untuk Semua Umur, terbitan Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. Buah karya Iva Hoth dan Andre Le Blanc ini merupakan salah satu komik yang bermanfaat untuk memperkenalkan isi Alkitab dan tokoh-tokohnya kepada anak-anak.
Komik juga membantu untuk membangkitkan minat baca anak-anak. Jaya Suprana (dalam Sofwan 2007) mengaku kalau minat bacanya tumbuh akibat membaca komik Mahabharata semasa kecilnya.Sejumlah komik menghadirkan nilai-nilai moral yang penting dikenal oleh siapa saja. Sebut saja nilai persahabatan, kerja keras, kebersamaan, kegigihan dan semangat pantang menyerah. Perhatikanlah komik-komik Jepang -- saya sengaja mengangkat komik Jepang karena komik inilah yang saat ini merajai pasar -- banyak mengangkat nilai-nilai tersebut.
Komik olah raga umumnya mengajarkan nilai kerja keras, kegigihan, dan semangat pantang menyerah. Pesan umum yang disampaikan biasanya "semakin gigih kamu berusaha, semakin dekat pula dirimu pada keberhasilan". Prinsip alkitabiah seperti "kasihilah musuhmu" juga bisa ditemukan. Nilai-nilai ini bisa dilihat dari komik, seperti "Shoot!", "Kungfu Boy", "Harlem Beat", dan lain-lain.
D.   Kekurangan Komik sebagai Media Pembelajaran
Salah satu kelemahan komik adalah tidak semua orang bisa belajar efektif dengan gaya visual, karena setiap orang mempunyai gaya belajar masing-masing. Oleh karena itu komik tidak dapat selalu dijadikan media pembelajaran. Dengan kata lain media belajar harus menyesuaikan dengan gaya belajar masing-masing siswa.
Komik juga dapat membuat orang menjadi malas karena orang cenderung hanya ingin melihat gambar yang menarik menurut mereka saja, tidak memahami materi secara utuh. Bahkan enggan untuk membaca keseluruhan cerita sehingga daya serap siswa terhadap materi rendah.
Terkadang komik yang terjual di pasaran atau di toko-toko buku terdapat gaya bahasa yang kotor dan terlalu khayal sehingga pesan atau materi yang disampaikan tidak mengenai target sasaran dan terjadi kesalahan presepsi. Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan atau tingkah laku yang sinting dan sulit diterima oleh akal sehat atau kurang logis, sehingga siswa hanya hanyut dengan cerita khayal yang terdapat dalam komik tanpa ada kesan materi atau pesan yang disampaikan tidak dapat dicerna oleh siswa.
Yang sering juga kita temui adalah banyak komik yang hanya terdapat cerita-cerita cinta yang tidak bemanfaat untuk kemajuan intelektualitas siswa. Banyak orang yang mengatakan bahwa komik telah berperan dalam menciptakan kenakalan remaja. Yang lain percaya bahwa komik meracuni minat baca, imajinasi, dan menyebabkan iritasi mata (Dorrell, Curtis, & Rampal, 1995). 
Adapun kekurangan komik yang lainnya antara lain adalah Terlalu banyak mengonsumsi komik pada bisa menumpulkan imajinasi pembaca. Perhatikanlah prosa, seperti novel atau cerpen yang banyak menggambarkan wajah tokoh tertentu dengan kata-kata daripada gambar. Pembaca diajak untuk membayangkan seperti apa wajah tokoh tersebut. Atau ketika penulis menggambarkan latar tempat. Aspek-aspek inilah yang dalam komik diterjemahkan dalam gambar dan membuat pembaca langsung menikmatinya, tanpa harus membayangkan penggambaran tersebut lewat pikirannya. Mula-mula, imajinasi hanya terbatas pada apa yang digambarkan. Namun akhirnya, imajinasi bisa tumpul. Misalnya, hanya bisa membayangkan latar tempat sebagaimana digambarkan pada komik atau hanya bisa menggambar tokoh-tokoh seperti yang digambarkan komikus terkait.
Efek adiktif yang timbul bisa berupa keinginan untuk segera menikmati seri sambungan (umumnya karena penasaran) atau sekedar membaca lebih banyak komik lainnya. Efeknya, selain menghabiskan banyak dana untuk menyewa atau membeli edisi demi edisi, rasa penasaran juga bisa mendorong kita untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama komik.
E.   Perancangan Komik Sebagai Media Pembelajaran
Dalam kawasan desain, komik sebagai media pembelajaran termasuk ke dalam sub kawasan Desain Pesan, yang meliputi proses perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan. Pesan atau materi ajar yang hendak disampaikan direkayasa sehingga dapat dirancang dalam bentuk komik pembelajaran.

Sedangkan dalam kawasan pengembangan, komik sebagai media pembelajaran termasuk ke dalam sub kawasan pengembangan teknologi cetak. Dalam kawasan ini hasil desain pesan diterjemahkan ke dalam bentuk fisik, yaitu dalam bentuk teks dan visual, melalui teknologi cetak sebagai buku komik pembelajaran.
Komik pembelajaran merupakan contoh dari penerapan TP, sebab dengan adanya media komik sebagai sumber untuk belajar akan mempermudah pebelajar dalam proses pembelajaran, khususnya dalam merealisasi konsep-konsep pelajaran yang bersifat abstrak apabila disajikan dalam bentuk teori saja dan perlu adanya penyajian konkrit, seperti konsep-konsep pada ilmu sains. Dalam hal inilah komik pembelajaran berperan besar dalam menyajikan konsep-konsep abstrak tersebut ke dalam contoh yang konkrit dalam ke hidupan sehari-hari. Itulah yang menjadi inti penerapan dari teknologi pendidikan, yaitu  untuk memecahkan permasalahan dalam proses belajar, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif, efisien, dan menarik.
Dalam mendesain dan mengembangkan komik pembelajaran, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, sehingga penerapan tersebut dapat dikatakan sesuai dengan prinsip penerapan teknologi pendidikan.
Hal-hal yang menjadi prinsip dalam sub kawasan desain pesan, yaitu perhatian, persepsi, dan daya serap pebelajar, yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim (pembuat komik pembelajaran) dan penerima (pebelajar yang membaca komik pembelajaran). Sehingga pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan tersebut, serta mempertimbangkan persepsi-persepsi yang mungkin timbul dalam benak penerima pesan.
Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan dengan adanya:
a.       Pesan yang didorong oleh isi
Artinya isi dari komik pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan pesan (informasi) yang hendak disampaikan. Sehingga dengan pengembangan media belajar berupa komik pembelajaran dapat mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau kompetensi tertentu.
b.      Strategi pembelajaran yang didorong oleh teori
Pengembangan komik pembelajaran dalam bentuk bahan teks verbal dan visual sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, dan teori belajar.
c.       Manifestasi fisik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak dan bahan pembelajaran.

Komik pembelajaran merupakan contoh dari spsesifikasi desain pesan yang diterjemahkan  dan diproduksi dalam bentuk buku (bahan visual) melalui teknologi cetak. Pengkombinasian antara bahan visual dan bahan teks dalam pengembangan komik pembelajaran sangat membantu dalam menciptakan kegiatan belajar yang diinginkan, yaitu belajar efektif.
Secara khusus komik sebagai penerapan dari teknologi cetak mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a)      Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang.
b)      Memberikan komunikasi satu arah yang bersifat pasif.
c)      Berbentuk visual yang statis.
d)     Pengembangannya bergantung pada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual.
e)      Berpusat pada pebelajar.
f)       Informasi dapat diorganisasikan dan distruktur kembali oleh pemakai.
Dalam perancangan sebuah komik yang akan digunakan sebagai media pembelajaran, adapun tahap-tahap yang harus kita tempuh dalam proses pembuatan antara lain:
·         Tahap Pengidentifikasian Target
Dalam pembuatan komik, kita harus dapat mengidentifikasikan siapa yang akan menjadi target kita. Dalam hal ini, target  adalah si pembaca, kita harus dapat mengerti selera si pembaca berdasarkan umur yaitu kalangan anak pra sekolah (3-5 Tahun), pada usia ini biasanya anak lebih menyukai komik dengan tokoh hewan, misalnya miki tikus,donal bebek dan doraemon, yang berpakaian dan berbicara seperti manusia. Tetapi anak-anak di usia pra sekolah tidak menyukai komik yang berunsur teror.
Anak pada usia sekolah (6-12 Tahun) biasanya mereka menyukai komik yang mengandung cerita petualangan,misteri dan ketegangan. Karena pada usia ini anak lebih cenderung menyukai hal-hal yang berbau petualangan seiring dengan perkembangan sosialnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Pada usia remaja (15-20 Tahun) mereka telah mengalami perkembangan yang ketat, baik dari segi sosial,berfikir,berimajinasi dan menanggapi rangsangan dari luar. Oleh karena itu, sebaiknya komik yang akan disajikan untuk kalangan anak remaja yaitu hal-hal yang berhubungan dengan roman dan percintaan. Karena pada usia ini anak mulai memperhatikan lawan jenisnya dan saling tertarik antara satu dengan yang lain.
Pada saat anak beranjak dewasa (20-25 Tahun) terkadang selera mereka berubah,mereka cenderung  menyukai hal-hal yang berhubungan dengan humor,kejahatan dan masalah-masalah sosial,budaya,ekonomi dan politik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada usia inilah anak sudah mulai berfikir luas seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan intelektualitasnya.
·         Tahap Pengidentifikasian warna
Warna yang akan dipilih oleh si pembuat komik haruslah menyesuaikan dengan selera si pembaca. Dalam mengklasifikasikan selera si pembaca yaitu dengan mengklasifikasikan umur si pembaca tersebut.
Pada usia pra sekolah (3-5 Tahun) mereka biasanya menyukai hal yang bercorak warna-warni, karena pada usia anak mulai dikenalkan berbagai jenis warna dan pada usia inilah daya fantasi anak sangat tinggi.
Di usia sekolah (6-12 Tahun) mereka masih cenderung menyukai berbagai jenis warna. Akan tetapi di usia 12 tahun mereka hanya menyukai beberapa warna saja. Oleh karena itu kontras warna yang akan dipilih sedikit sederhana.
Pada usia remaja dan dewasa mereka biasanya tidak menyukai banyak warna,mereka sudah mempunyai selera warna tersendiri. Oleh karena itu pembuatan komik untuk kalangan remaja dan dewasa janganlah didominasi corak berbagai warna.
·         Tahap Pembuatan Skenario
Skenario merupakan jantung proses pembuatan komik karena skenario yang memberikan arah pembuatan cerita komik. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan skenario komik antara lain :
a)      Tema
b)      Alur
c)      Setting dalam komik
d)     Jendela
e)      Halaman
f)       Karakter Tokoh (Emosi)
Keenam hal tersebut sangat berperan penting dalam proses pembuatan skenario komik karena diantara satu dengan yang lain mempunyai ketergantungan dalam kesempurnaan pesan yang akan disampaikan. Dan dalam proses pembuatan skenario juga harus memperhatikan selera dan minat si pembaca. Dalam hal menentukan skenario haruslah menyesuaikan materi yang akan disampaikan.
·         Tahap Pemilihan Gaya Bahasa
Dalam pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan dalam pembuatan komik harus disesuaikan dengan umur si pembaca karena setiap pembaca mempunyai daya serap dan intelektualitas yang berbeda-beda.
Untuk gaya bahasa dalam komik yang akan dibuat untuk kalangan anak pra sekolah sebaiknya tidak terelalu sulit dan rumit akan tetapi penuh dengan fantasi atau sesuatu yang menyenangkan.
Pada usia sekolah biasanya anak cenderung menyukai bahasa-bahasa yang penuh motivasi dan memacu andrenalin. Di usia ini pun anak belum menguasai istilah-istilah bahasa yang sulit dan rumit sehingga penggunaan gaya bahasa sedikit dipermudah.
Pada usia remaja dan dewasa, gaya bahasa sedikit ada istilah-istilah bahasa yang bermutu bahkan menggunakan istilah asing karena harus menyesuaikan perkembangan-perkembangan yang ada di masyarakat. Dan juga gaya bahasa digunakan untuk menambah pengetahuan.
·         Tahap Pengaturan Unsur Visual
a)      Huruf
Dalam hal pemilihan huruf, haruslah memperhatikan warna pada latar belakang komik tersebut. Karena jika tidak menyesuaikan dengan warna latar maka bisa menyebabkan efek negatif bagi si pembaca yaitu iritasi mata. Huruf yang digunakan harus mudah dibaca dan jelas. Sebaiknya tidak menggunakan huruf yang berbentuk latin yang rumit.
b)      Bentuk dan Garis
Buatlah gambar yang sederhana tetapi jelas. Artinya dalam bentuk tidak perlu bersifat naturalis. Hindari garis dan bentuk yang ruwet.
c)      Keseimbangan
Dalam penggunaan bentuk,garis,warna dan huruf harus disusun secara seimbang, misalnya huruf yang ingin disusun secara simetris/asimetris maka haruslah seimbang sehingga kesan yang disampaikan dapat dterima dengan baik.
d)     Kesatuan
Kesatuan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain harus diperhatikan. Hendaknya kesatuan unsur tersebut terlihat jelas, misalnya judul harus dibuat senyawa dengan apa yang akan dijelaskan dalam komik.
e)      Penekanan
Dalam menyajikan pesan atau materi pembelajaran dalam bentuk komik, maka diperlukan adanya penekanan pada unsur-unsur pokok pesan yang akan disampaikan. Misalnya jika si pengarang akan menjelaskan makanan 4 sehat 5 sempurna, maka dalam menjelaskan susu sebaiknya tampilkan gambar susu di tengah-tengah makanan lainnya karena warna susu itu lemah (putih) bila dibandingkan dengan warna makanan lainnya.
f)       Layout (susunan,tata letak)
Unsur-unsur visual seperti gambar, kata-kata, bentuk simbol dan lainnya harus terlebih dahulu direncanakan bagaimana susunannya dalam medan visual yang akan disajikan. Susunan harus dapat menempatkan semua  unsur secara harmonis.
(C. Asri Budiningsih, 2003: 112)
Dalam proses pembuatan komik harus memperhatikan tahap-tahap tersebut karana kesalahan atau kekurangan dari salah satu unsur dapat mempengaruhi unsur-unsur yang lain sehingga pesan yang akan disampaikan tidak menarik perhatian si pembaca.



BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Komik adalah salah satu media yang menyampaikan cerita melalui ilustrasi gambar, gambar berfungsi sebagai pendeskripsian cerita. Adapun jenis-jenis komik yaitu komik karikatur, komik strip dan buku komik. Komik mempunyai kekurangan yaitu dapat membuat malas, menumpulkan imajinasi, iritasi mata dan kenakalan remaja jika cerita yang disajikan dalam komik tersebut negatif.
Kelebihan komik yaitu dapat menumbuhkan minat baca, belajar membaca, berhitung dan menjadi motivasi anak dalam belajar karena materi yang disajikan dikemas  semenarik mungkin. Dalam kawasan teknologi pendidikan, komik termasuk dalam kawasan desain yaitu desain pesan, dengan merekayasa bentuk fisik dari pesan. Dalam penyajian komik sebagai media pembelajaran haruslah memperhatikan karestistik dari komik dan tahap-tahap yang harus ditempuh.
B.   Saran
Dalam proses pembuatan komik harus memperhatikan karakteristik si pebelajar dan harus melalui tahap-tahap tertentu. Unsur-unsur visual harus dibuat secara harmonis karena dapat mempengaruhi pesan yang akan disampaikan. Jika ingin menggunakan komik sebagai media pembelajaran maka materi yang akan disajikan harus disiapkan terlebih dahulu. Cerita dalam komik pun harus menyesuaikan materi yang akan disampaikan.


DAFTAR PUSTAKA
A., Sofwan D. 2007. Anak Membaca Komik, Kenapa Tidak?. Dalam "Penulis Lepas", http://www.penulislepas.com/v2/?p=533.
Ascott, Rudy. 2006. Better Education Through Comic Books. Dalam "Associated Content", http://www.associatedcontent.com/article/51650/better_education_through_comic_books.html.
Lorelli, Romona. 2006. Good or Evil? Comic Books and Their Influence on Kids. Dalam "Associated Content", http://www.associatedcontent.com/article/27974/good_or_evil_comic_books_and_their.html.
Kurnia, R.S. Komik diantara Pro dan kontra menggali nilai dari jalinan gambar, http://pelitaku.sabda.org/komik_di_antara_pro_dan_kontra_menggali_nilai_dari_jalinan_gambar, 23.45 WIB.
Kusrianto, Adi. Pengantar Desain Komunikasi Visual. 2009. Yogyakarta : http://daynishurnal.wordpress.com/2010/05/10/komik-sebagai-media-komunikasi-grafis/. 00.10 WIB.
Seels,   Barbara B.,dkk. Teknologi Pembelajaran.2004.Jakarta:UNJ.http://rizcafitria.wordpress.com/2010/07/05/komik-sebagai-media-pembelajaran/
Prawiradilaga, Dewi S., dan Siregar, Eveline. Mozaik Teknologi Pendidikan.Jakarta:Kencana.http://rizcafitria.wordpress.com/2010/07/05/komik-sebagai-media-pembelajaran/
Budiningsih, Asri. C. Dr. 2003. Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta : UNY Press.
                                                                                  








                       









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Connect With Us

Instructions

Recomended

Label

Pengikut

About Me

Foto saya
yogyakarta, DIY, Indonesia
ayo belajar
Powered By Blogger

ARJUNA BELAJAR

belajar adalah mencari pengetahuan

Cari Blog Ini

Pages